BASAH DI SIANG BOLONG

 

BASAH DI SIANG BOLONG

 


Alhamdulillah, tantangan kemandirian di zona dua masuk hari keenam. Rencana yang kutulis kemaren ialah melatih kemandirian diri dalam melakukan pekerjaan rumah tanpa bantuan suami. Atau aku melakukan hal-hal kecil sendiri sebelum dilayani oleh suami.

Nyatanya, pagi ini aku merasa gagal sebelum bertarung. Bagaimana tidak, bangun tidur kesiangan. Setelah shalat subuh, Mamak sudah berada di dapur untuk memasak menu sarapan. Beliau merebus ubi juga menggoreng emping. Aku hanya menyeduh secangkir kopi untuk suami.

Selanjutnya, bagian dapur dan sumur tidak kusentuh. Aku hanya memindahkan dua sepeda dan membuka pintu belakang. Kemudian member makan dua ekor kelinci. Setelah itu, hujan turun makin deras, sedangkan kegiatan mencuci baik pakaian atau piring-piring kotor dilakukan di serambi sumur yang tidak memiliki atap.

Ketika hendak berangkat menemani anak-anak belajar daring, sepeda motor sudah dikeluarkan suami. Hal rutin yang ia lakukan. Sampai di sini, aku belum melakukan kemandirian apapun. Baiklah, fokus ke Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dulu sambil memutar otak akan melakukan apa.

Menjelang waktu zuhur, aku pulang ke rumah. Seketika ide datang setelah berganti pakaian dan membersihkan diri. Ya, di sudut belakang, setumpuk pakaian kotor melambai. Segera saja aku mengeksekusinya sebelum suami pulang.

Jadilah, di siang hari bolong di bawah sinar mentari yang malu-malu, aku mencuci pakaian. Mengucek dan menyikatnya secara manual kemudian membilasnya sendiri. Biasanya, saat mencuci, suamilah yang ambil alih dalam membilas pakaian sampai bersih dan mengangkatnya ke tempat jemuran.

Namun, siang ini semua proses kulakukan sendiri sampai menjemur selesai. Alhamdulillah, aku berhasil mencuci tanpa bantuan suami. Kemudian, aku pun memindahkan air saringan yang sudah jernih ke tempayan air untuk keperluan memasak. Biasanya, hal ini dilakukan bersama suami. Kami menggotong airnya bersamaan agar endapan yang ada di ember tidak ikut tercampur lagi. Akan tetapi, kali ini aku melakukannya sendiri dengan hati-hati memakai gayung agar air jernihnya saja yang diambil, tanpa endapannya.

Sore hari, sepulang mengajar anak-anak mengaji, aku kembali mencoba untuk melatih kemandirian di dapur. Menu makan malam kali ini, aku yang menyiapkannya. Bukan Mamak bukan juga membeli di luar. Segera saja aku mengolah terong yang ada di meja dapur menjadi terong goreng yang akan dijadikan lalapan bersama sambal bawang. Rencananya, akan dibalado bersama ikan kalengan, tetapi kuurungkan karena masih melihat ada sayur jantung pisang. Hemat.

Sambil menggoreng terong, aku melipat beberapa pakaian kering. Satu hal yang kurang disuka. Ya, untuk mencuci pakaian sebanyak apapun meski manual dengan tangan, tak jadi masalah. Namun, jika harus melipat dan merapikannya di lemari, aku tak suka. Kecuali dalam kondisi terpaksa, hanya ada aku dan suami di rumah. Namun, sore ini, aku mencobanya meski tidak diselesaikan.

Kurasa, semua itu memang bisa kulakukan jika mau memaksa diri dan melawan kemalasan yang melanda. Ah, aku akan jadi apa besok, jika orang-orang yang kusayang telah tiada? Kemandirian memang perlu dilatih sejak dini saat aku belum diberi amanah untuk menjadi seorang ibu. Agar nantinya, aku sudah siap dan mandiri. Aamiin.

 

TEMUANKU:

Aku tidak mandiri dalam hal membereskan pekerjaan rumah seorang diri.

Target kemandirian yang ingin dilatihkan adalah bisa melakukan hal yang dirasa mampu tanpa mendapat bantuan orang lain.

 

 

Srong why:

Aku ingin melatih kemandirian ini karena aku ingin bisa mandiri, terlatih, dan terampil dalam menjalani peran sebagai istri dan ibu rumah tangga nantinya.

 

 

Strategi untuk melatih kemandirian:

1. Ingat untuk mandiri dan tidak manja

2. Ingat bahwa orang tua dan suami tak akan selamanya mendampingi

3. Berlatih dan terus berlatih agar terbiasa dan manajemen waktu dengan baik

 

 

 

Sukses apa aku hari ini?

Alhamdulillah, aku bisa menyelesaikan pekerjaan mencuci sampai selesai tanpa bantuan suami dan memasak menu makan malam setelah pulang aktivitas sore hari.

 

 

 

Tantanganku hari ini:

Aku bangun kesiangan sehingga pekerjaan pagi di dapur sudah didahului Mamak. Dalam hal kecil pun, suami masih melayani.

 

 

Ingin sukses apa esok hari?

Besok, aku ingin bangun lebih pagi dan menyiapkan menu sarapan untuk keluarga. Tidak mengandalkan Mamak.

 

 

Rasaku hari ini:

Alhamdulillah, aku merasa BAHAGIA bisa menjalankan sedikit kemandirian hari ini meski awalnya BINGUNG hendak melatih kemandirian apa.

 

Bismillah, semoga esok bisa belajar lebih baik lagi dan berhasil mewujudkan rencana hari ini. Aamiin. Don’t teach me, I love to learn.

 

 

#harike6

#tantangan15hari

#zona2kemandirian

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

#banyumasraya

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya