Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Gaya Berkumpul Anak Milenial

Gambar
Gaya Berkumpul Anak Milenial Minggu memang ditunggu. Bangun siang sesuka hati. Habis mandi tak harus memakai seragam rapi. Duduk di depan televisi menonton acara kartun favorit. Bisa juga mengambil gawai lalu pergi mencari sinyal wifi. Inilah pemandangan yang saya temukan saat mencuci sepeda motor. Berderet anak-anak usia sekolah dasar lengkap dengan gawai di tangan. "Dik, beli quota wifi, ya?" tanyaku kepada mereka. "Iya," jawab mereka kompak. "Beli harga berapa?" Ternyata ada yang membeli seharga dua ribu rupiah ada juga yang tiga ribu rupiah. Quota yang didapat bisa menyambung ke internet sekitar satu sampai dua jam. "Internetnya untuk main apa?" tanyaku lagi. "Nonton youtube sama mainan," jawab anak bernama Sakti, polos. "Terus mainannya apa?" "FF kalau nggak mobile legend," jawab bocah kelas empat sekolah dasar itu lagi. Aku tersenyum menanggapinya. Ternyata beginilah mainan anak zaman

Berburu Gurihnya Yutuk di Pantai Suwuk

Gambar
Berburu Gurihnya Yutuk di Pantai Suwuk Yutuk merupakan hewan laut yang disebut juga undur-undur laut. Di pantai selatan sering dijual sebagai hidangan laut yang murah. Biasanya dijajakan dalam bentuk rempeyek atau digoreng begitu saja. Setelah matang, warnanya berubah menjadi oranye cerah. Salah satu penjual di Pantai Suwuk ialah Bu Khabib. Dia menjual yutuk goreng seharga sepuluh ribu rupiah sepiring dan dua ribu rupiah untuk selembar rempeyek yutuk. Selain menjual hidangan laut jenis undur-undur laut juga disediakan kepiting, udang, dan gabus kecil yang semuanya digoreng. Namun, yutuk menjadi primadona tersendiri di lidah pengunjung. Alasannya, rasanya gurih, lembut, dan crispy. Tidak berbeda jauh dengan rasa udang. Harganya pun lebih murah. Seorang pengunjung bernama Novi mengaku sengaja berkunjung ke Pantai Suwuk hanya untuk menikmati yutuk goreng. "Kangen saja dengan kelezatan yutuk ini. Saya lebih suka yutuk yang dijual di Pantai Suwuk karena sensasi

Benarkah Pers Itu Tabu?

Gambar
Benarkah Pers Itu Tabu? "Pers merupakan bahasan tabu bagi masyarakat khususnya kawula muda. Padahal pembahasan mengenai pers dan jurnalistik itu cakupannya luas, tidak hanya seputar pemberitaan di televisi!" Mugiono, ketua panitia penyelenggara dari Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia (PMII) wilayah Kebumen melontarkan pernyataan yang menggelitik. Maka diadakanlah Talkshow Jurnalistik bertema "Menghadapi Tantangan Jurnalistik di Era Disrupsi" untuk menjawab pernyataan di atas. Kegiatan yang diselenggarakan di aula Perpustakaan Daerah Kebumen ini bertujuan untuk memeperingati Hari Pers Nasional. Selain itu juga sebagai sarana belajar untuk memahami bidang jurnalistik bagi masyarakat. Hadir Dede Setiawan dan Clara Serelita sebagai narasumber dari perwakilan media Ratih TV dan Radio In Fm, Kebumen. Keduanya menyampaikan tentang pentingnya analisis media terhadap suatu berita. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan berita dan isu-isu ya

Art for Better World

Gambar
Art for Better World Halaman belakang Roemah Martha Tilaar yang berada di Jalan Sempor Lama nomor 28, Gombong, Kebumen, disulap menjadi panggung budaya. Hawa panas selepas zuhur berubah menyejukkan dengan penampilan Art for Better World (AFBW). Sebuah kolaborasi penampilan seni yang terdiri dari empat negara sekaligus. Tepatnya dari Indonesia, Taiwan, Jepang, dan Spanyol.  Suguhan tahu goreng, kacang dan pisang rebus,menambah nikmat suasana. Perpaduan budaya yang unik antara seni internasional dan kuliner tradisional Indonesia.  Para penikmat seni dan budaya sangat dimanja dengan sajian yang luar biasa atraktif. Terbukti penari Cepetan dengan dandanannya yang luar biasa tampil membuka acara. Mereka adalah penari berusia 16-17 tahun asuhan Bu Lia dari Sanggar Tari Dhea, Gombong. Penonton dibuat berdebar-debar dengan tampilan penari apalagi ditambah iringan gamelan yang membuat merinding. Sungguh membius. Cathlin Calista Listyanto (17 tahun), sebagai satu-satuny