Art for Better World


Art for Better World


Halaman belakang Roemah Martha Tilaar yang berada di Jalan Sempor Lama nomor 28, Gombong, Kebumen, disulap menjadi panggung budaya. Hawa panas selepas zuhur berubah menyejukkan dengan penampilan Art for Better World (AFBW). Sebuah kolaborasi penampilan seni yang terdiri dari empat negara sekaligus. Tepatnya dari Indonesia, Taiwan, Jepang, dan Spanyol. 

Suguhan tahu goreng, kacang dan pisang rebus,menambah nikmat suasana. Perpaduan budaya yang unik antara seni internasional dan kuliner tradisional Indonesia.  Para penikmat seni dan budaya sangat dimanja dengan sajian yang luar biasa atraktif.


Terbukti penari Cepetan dengan dandanannya yang luar biasa tampil membuka acara. Mereka adalah penari berusia 16-17 tahun asuhan Bu Lia dari Sanggar Tari Dhea, Gombong. Penonton dibuat berdebar-debar dengan tampilan penari apalagi ditambah iringan gamelan yang membuat merinding. Sungguh membius.

Cathlin Calista Listyanto (17 tahun), sebagai satu-satunya penari perempuan dalam tarian tersebut mengaku sangat bahagia. Ia senang bisa tampil bersama seniman dari lain negara. Bahkan,  sebagian penonton pun tak mengira jika ada anak perempuan dalam tari cepetan tersebut.

Belum juga hilang kekagumannya, penonton kembali dibuat terpana. Di antaranya  karena penampilan dari Titik Kumpul. Sebuah komunitas seni dari Desa Demangsari, Kecamatan Ayah, Kebumen yang pernah tampil di Taiwan selama dua bulan. Mereka membawakan tiga lagu sekaligus dengan iringan berbagai jenis alat musik seperti angklung, gitar, ukulele, kendang, kethuk, dan kempyang. 

Lagu pertama yang dinyanyikan yaitu Anoman Obong yang dibawakan dengan genre rock, dilanjutkan lagu dangdut berjudul Mirasantika (Miras dan Narkotika), dan ditutup dengan lagu daerah berjudul Tul Jaenak. Titik Kumpul benar-benar menghipnotis pengunjung dengan kreatifitasnya.

Kemudan tampilah remaja putri usia 13-14 tahun yang cantik dan menarik. Mereka dari Lan Yang Dance Group, Taiwan. Sebuah komunitas seni yang sudah berdiri sejak tahun 1966 dan sudah beberapa kali tampil di kawasan Eropa, Afrika, dan Amerika. 

Keseruan yang unik juga ditampilkan oleh Wakiaiai dari Jepang dengan kolaborasi permainan drum dan piano. Selain itu juga ada permainan gitar dengan cara dipukul oleh Mr. Adolfo dari Spanyol. Ia adalah seorang pengajar Bahasa Inggris dan pembuat gitar yang sudah berkeliling dunia ke Asia, Amerika, dan Timur Tengah untuk unjuk kebolehannya dalam bermain gitar dan flamenco.

“Tak ada kata lain selain luar biasa! Penampilannya seru dan menarik,” kata Nadia yang disetujui oleh temannya, Nadia. Mereka adalah siswa dari SMA N 1 Gombong yang ikut menonton pertunjukan amal dari AFBW.

“Penarinya sangat ekspresif dan selalu tersenyum. Kita yang nonton jadi ikut senang dan betah,” timpal Bu Wahyu yang tengah asyik menikmati tarian dari Lan Yang Dance.

“Sayang, acaranya siang, ya? Jadi, penonton tidak seramai biasanya apalagi masih jam kerja,” sesal Bu Margini, seorang penikmat seni.

Waktu pementasan ini bukan tanpa alas an karena beberapa penari dari Taiwan harus berkejaran dengan waktu. Semua kegiatan benar-benar sudah terjadwal dengan baik.

Namun, tak usah khawatir bagi penikmat seni lainnya yang belum bisa bergabung di Roemah Martha Tilaar siang ini. Besok siang pun, kegiatan amal AFBW masih akan berlangsung tepatnya di Desa Banjareja RT 03 RW 04, Kecamatan Puring, Kebumen.

Gerakan pengenalan budaya ini bertujuan agar masyarakat lebih tahu dan semakin bertambah wawasannya tentang seni dan budaya baik nasional maupun internasional.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya