PUISI NGAPAK

Bukti ‘Basa Ngapak’ Bernilai Sastra Tinggi
Oleh: Elinnurs Mila

Bagi warga Kebumen khususnya, istilah bahasa Ngapak sudah menjadi makanan sehari-hari. Karena memang dengan bahasa inilah masyarakat saling bertutur kata. Disebut sebagai bahasa Ngapak sendiri karena dari bunyi huruf ‘k’ yang terdengar sangat jelas saat diucapkan. Seperti dalam kata thok yang diucapkan dengan jelas, berbeda dengan orang sebelah timur yang mengucapkannya hanya terdengar tho saja.
Setelah mengenal bahasa Ngapak tersebut, ternyata bahasa asli Kebumen ini memiliki nilai satra yang tinggi. Mengandung ruh seni yang puitis, namun tetap blaka suta (apa adanya) seperti asalnya. Hal ini telah dibuktikan dengan adanya Puisi Ngapak asal Kebumen.
Puisi Ngapak ini dikenalkan pada masyarakat luas saat acara Parade Puisi Ngapak dan Peluncuran Puisi ‘Waton Muni’ karya Pak Kus Diesel. Puisi pertama yang menggunakan bahasa Jawa Ngapak ditulis oleh seorang montir mesin diesel di daerah Gombong. Berkat keahliannya itulah, sang pujangga Bapak Punju Kuswanto dikenal dengan nama Pak Kus Diesel.
Acara parade puisi tersebut tepatnya telah diadakan pada hari Sabtu, 28 Januari 2018 di Roemah Martha Tilaar, Gombong. Apresiasi yang luar biasa pun disampaikan oleh beberapa siswa SMA/MA di Gombong, komunitas dan masyarakat sekitar dari Kebumen. Perwakilan dari mereka dengan senang hati membatu Pak Kus Diesel untuk memproklamasikan puisi-puisinya. Maka diharapkan parade puisi Ngapak bisa menjadi pionir lahirnya karya-karya satra lainnya yang menggunakan bahasa Ngapak.
Menurut Pak Kus Diesel sendiri, pemilihan bahasa Ngapak ini lebih kepada unsur penerimaan di masyarakat.
“Biar lebih enak dan lebih diterima oleh masyarakat maka saya memakai bahasa Jawa Ngapak,” jelas Pak Kus, “jadi akan lebih bisa menyebar dengan mudah,” lanjutnya lagi, (Sabtu, 28 Januari 2018).
Sehingga membuktikan bahwa bahasa Ngapak adalah bahasa yang mudah diterima, dikenal, dan diketahui oleh masyarakat luas baik dari Kebumen maupun dari luar kota. Seperti karya sastra yang berjiwa  jujur dan tak pernah mengenal batas. Sama seperti puisi-puisi karya Pak Kus Diesel yang tidak mengenal batasan harus memakai bahasa Indonesia dalam penulisannya.
Nyatanya dengan bahasa Ngapak pun puisi-puisi tersebut tetap terdengar puitis, dan lebih mudah untuk dipahami. Salah satu contoh puisinya adalah berjudul Kebumen, sebagai berikut:

KEBUMEN

Kota para santri, ustad, lan kyai
Esih kelingan wektu aku nembe ngambah alun-alune
Bocah-bocah mangkat ngaji nang wayah wektu sore
Uwis dadi pemandangan saben dinane
Masyarakate sumeh-sumeh lan ngajeni
Ekonomine maju berkembang seirama lajuning jaman
Nganti nduweni julukan “Kebumen Beriman”

“Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan puisi Jawa Ngapak, kita menumbuhkan jiwa seni.” Inilah yang ditulis Pak Kus Diesel di halaman belakang sampul buku kumpulan puisi Ngapak perdana miliknya.
Semoga apa yang diharapkan oleh Pak Kus Diesel terkabul. Marilah kita sebagai generasi muda tanah Kebumen untuk lebih giat berkarya, mensejarahkan kota Kebumen tercinta di masa mendatang.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya