Solidaritas Penulis untuk Saling Berbagi
Oleh: Elinnurs Mila


Sebenarnya apa sih tujuan utama dari seorang penulis? Pastinya ingin menuliskan suatu bacaan agar bisa dibaca oleh orang lain. Menuliskan sesuatu yang bermanfaat dan menarik, sehingga pembaca merasa puas dan senang. Membuat pembaca mendapatkan ‘sesuatu’ dari apa yang telah dibacanya. Betul nggak sih?
Nah, berati bisa dikatakan bahwa tujuan awal kita ialah berbagi. Membagikan informasi kepada orang lain melalui apa yang telah kita tulis. Nggak mungkin kan, kita menulis karya tetapi melarang orang lain untuk membaca dan mengetahui isi dari tulisan kita?
Jika saya bertanya, “Maukah sahabat-sahabat yang telah menjadi penulis membagikan ilmunya?” Saya yakin jawabannya pasti mau. Sesungguhnya ilmu yang bermanfaat ialah apabila kita mempelajarinya dengan sungguh-sungguh kemudian mengajarkannya kembali pada orang lain.
Berikut salah satu quote yang saya tulis, sehingga muncul ide untuk mengupas tema “Solidaritas Penulis untuk Saling Berbagi.”

“Ilmu itu memang mahal harganya, jadi sekecil apapun ilmu tak ada yang sia-sia. Namun, ilmu itu akan lebih bermanfaat jika kita membagikannya. Saling berbagilah dengan ilmu yang kita miliki agar lebih berguna dan berlimpah hasilnya.”

Ide menulis quote ini hadir karena perasaan kecewa. Ya, seorang teman saya kecewa karena mendapat larangan untuk membagikan ilmu yang dia dapatkan dari seseorang. Sedang dia sendiri ingin membagikannya kepada orang lain, agar mereka tahu dan bisa belajar. Namun, sampai berdebat panjang lebar, dia tidak diizinkan juga. Malah mendapat cibiran. Saya sebagai temannya sangat prihatin dan sedih. Karena sebenarnya saya pun ingin mengajarkan ilmu tersebut pada teman saya yang lain.
Bagaimana perasaan sahabat jika menjadi teman saya? Bukankah ilmu itu akan lebih melekat jika kita mengajarkannya pada orang lain? Tapi mengapa masih ada seorang sastrawan yang enggan berbagi ilmunya? Sungguh amat disayangkan!
Padahal berbagi itu sifat yang mulia. Seperti kata Wali dalam lagunya:
Punya rezeki, bagiin bagiin
Bantu yang susah, tolongin tolongin
Oh, jadi miskin
Nggak mungkin nggak mungkin
Allah yang jamin
Hidup indah bila mencari berkah

 Saya sangat setuju dengan lirik lagu ini. Living is giving, hidup adalah memberi. Memberi bantuan apa pun sebisa dan semampu kita. Berbagi tidak ada ruginya. Justru akan membuat hati kita lebih bahagia dan orang yang kita beri juga pasti senang.
Karena kita sebagai penulis, tentu saja yang kita bagikan adalah ilmu. Ilmu untuk untuk mencintai dunia literasi. Bisa juga ilmu tentang menulis bagi pemula, ilmu agar mendapatkan ide, ilmu untuk menulis berbagai jenis tulisan, ataupun ilmu tentang jenis bacaan. Banyak sekali yang bisa dibagikan kepada teman dan orang lain.
Misalnya saja hal yang sederhana. Ada yang bertanya, manakah yang benar dalam menulis kata rapi atau rapih? Sahabat kemudian menjawab rapi. Maka ini sudah termasuk berbagi. Bagi si penanya, dia akan senang karena sudah tahu mana yang benar. Sahabat sendiri juga senang bisa membantu. Betul? Bukankah berbagi itu sederhana dan menyenangkan? Ibarat simbiosis mutualisme.
Seperti yang biasa saya lakukan bersama teman-teman. Beberapa dari mereka meminta bantuan untuk mengedit naskah mereka. Maka dengan senang hati saya akan membantu. Berbagi ilmu yang telah dimiliki untuk ditularkan pada teman-teman. Saya tidak merasa rugi. Justru senang melakukannya dengan ikhlas. Mengapa? Karena saya menjadi lebih paham, semakin ingat, dan yang penting mereka menjadi tahu dan semakin semangat untuk menulis. Dari cerita di atas kita tahu bahwa banyak sekali manfaat dari berbagi. Baik bagi yang memberi maupun yang menerima.
Dengan berbagi kita akan senantiasa bersyukur, memiliki banyak teman, menjadi tenang, dan bahagia. Ilmu pun semakin kuat melekat.
Oleh karena itu, saya berharap penulis-penulis hebat di sini sangat baik hatinya. Memiliki rasa solidaritas yang tinggi untuk berbagi, tidak hanya kepada sesama penulis tetapi kepada siapa saja. Dengan ketulusan berbagi ilmu kepada sesama, secara tak langsung kita menumbuhkan keinginan kepada orang lain untuk ikut menghidupkan dunia literasi. Sungguh cita-cita yang mulia.
Lalu bagaimana cara kita berbagi?
Berikut beberapa cara yang bisa sahabat pilih untuk membagikan ilmu:
1. Menjadi narasumber di suatu acara atau kegiatan
2. Menceritakan kembali kepada keluarga atau orang lain
3. Mengembangkannya menjadi tulisan baik secara offline maupun online, lalu dibagikan ke masyarakat luas
4. Melakukan sharing atau diskusi
5. Menjadikan ilmu kita sebagai karya bermanfaat
Dari tindakan berbagi di atas, maka akan muncul forum diskusi. Sahabat yang tidak tahu bisa bertanya dan yang lebih tahu bisa membantu untuk memberi jawabannya. Cara belajar yang seru dan mengasyikan, bukan?
Sekarang pertanyaannya adalah:
Bagaimana cara kita mendapatkan ilmu kemudian bisa membagikannya?
Berikut beberapa tips yang bisa kita lakukan:
1.         Membaca
Dengan membaca, kita akan mendapatkan informasi dan ilmu baru. Secara tidak langsung, kita juga telah menambah kosa kata baru yang menjadi salah satu modal penting bagi seorang penulis.
2.         Belajar
Saat ini banyak kemudahan dalam belajar, baik pendidikan formal maupun non formal. Secara formal banyak disediakan beasiswa, sedangkan non formal bisa didapat dari mana saja.
Seperti saat kita sedang belajar bersama di acara seminar. Banyak sekali ilmu yang bisa didapat jika kita mau belajar dengan sungguh-sungguh.


“Semakin banyak tahu, maka semakin sadar bahwa masih banyak hal yang kita tidak tahu.”
3.         Mencatat
Biasakanlah untuk mencatat apa yang telah kita pelajari. Manusia itu tempatnya lupa, maka dengan mencatat akan ada dua manfaat yang kita dapat. Pertama, untuk mengulang belajar agar lebih paham. Kedua, sebagai tempat penyimpanan aman yang bisa dibuka kembali saat kita lupa.
4.         Bacalah
Bacalah kembali apa yang telah kita catat. Dengan membacanya lagi, kita bisa segera tahu jika ada tulisan yang salah. Dengan mengoreksi, kita akan lebih paham lagi.
5.         Bagikanlah
Setelah kita paham dan mengerti tentang ilmu yang sudah dipelajari, maka berbagilah dengan orang lain. Dijamin ilmu itu akan semakin kuat terikat dalam memori kita.

Untuk itu, marilah kita sebagai penulis sebaiknya jangan pelit ilmu. Ilmu yang bermanfaat akan jauh lebih berharga daripada hanya dipendam sendiri. Selain itu, proses berbagi ilmu melalui tulisan bisa dijadikan ajang latihan menulis bagi kita.
Kemudian kita bisa membangun personal branding sebagai penulis, menebar tulisan-tulisan yang bermanfaat. Mebangun pencitraan diri yang baik dan positif bisa menjadi langkah awal untuk sukses. Siapa tahu akan banyak orang yang membacanya dan tertarik untuk mengikuti jejak kita sebagai penulis.
Terakhir, bisa dijadikan sebagai ajang promosi.

“Ini loh, saya seorang penulis.”

Jangan-jangan nanti ada pihak penerbit yang menghubungi kita dan meminta kita menerbitkan buku di perusahaannya. Hehehe, Aamiin.

Kesimpulan:
-      Seorang penulis memiliki jiwa berbagi yang mulia, maka jangan nodai itu dengan kekikiran untuk berbagi
-           Berbagilah kepada sesama, jangan pikirkan masalah imbalannya
-           Sikap solidaritas akan menumbuhkan pejuang literasi yang cinta damai
-           Setiap penulis wajib menumbuhkan jiwa literasi di lingkungan sekitarnya
-           Sebaik-baik ilmu ialah yang bermanfaat 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya