Tolak Menolak Bukan Tarik Menarik

 Tolak Menolak Bukan Tarik Menarik



Pagi ini, di pekarangan belakang milik tetangga sangat ramai. Sekelompok burung bertengger dengan siulannya yang merdu. aku dan suami yang berada di sumur menikmatinya dengan bahagia.


"Bagus seperti itu daripada melihat di sarang," komentar suami.


"Iya. Burungnya bebas. Lihatlah, mereka mungkin sedang mengajari anaknya terbang," kataku sambil menunjuk beberapa burung kecil yang terbang dari ranting ke ranting.


Terlihat tiga ekor burung dewasa terus mengawasi dan berkicau. Sungguh pemandangan yang langka.


Setelah puas memandang, aku melanjutkan mengucek pakaian kotor dan suami membantu membilasnya. Di sinilah kami bisa mengobrol santai tanpa ada yang mendengar, mungkin. Sebab ibu, bapak, dan adik ada di dalam rumah.


"Mas, hari ini rencana mau ke mana?"


"Ya nanti cari-cari lagi."


"Mungkin memang tidak mudah untuk cari kerja sekarang apalagi yang tetap. Semua memilih yang usia produktif. Kalau bisa, mending buka sendiri, Mas. Mungkin bisa jualan lagi, tapi ya itu, harus lebih keras lagi. Tahan banting. Telaten."


Kami diam sejenak. Meneruskan pekerjaan lagi.


"Mas, sedikit-sedikit kita harus ubah pola pikir. Harus bisa lebih dewasa. Belajar bareng. Kalau aku lagi emosi, Mas harus bisa mendinginkan suasana. Jangan malah jadi kompor. Begitu juga sebaliknya."


Suami diam. Aku tak melanjutkan ucapan lagi. Percuma jika hanya didengar sambil lalu. Percakapan selesai sampai acara mencuci beres.


Siang ini, di sela istirahat, kami melanjutkan percakapan pagi. Pillow talk after take a nap.


"Wah, aku belum setor tantangan, nih. Komunikasi apa, ya?" tanyaku memancing.


"Mas kasih kejutan," jawabnya. Ya, tadi suami datang dengan membawa buah-buahan. Masih ada sedikit simpanan uang.


"Alhamdulillah. Kalau tadi pagi gimana?"


"Yang mana?"


"Hmm. Jadi, cuma masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri, ya?"


Aku membenarkan posisi kepala. Memandang matanya dan melanjutkan obrolan pagi.


"Mas, tolonglah. Kita harus bisa ubah pola pikir. Jangan jadi orang keras kepala yang masih seperti anak kecil. Saling mengingatkan. Kalau aku emosi, Mas jangan memancing, tapi mencoba mendinginkan. Kalau ada yang mengajak bicara, fokus. Dengarkan dan jangan protes dulu."


Suami tersenyum dan memgangguk. 


"In syaa Allah. Mas akan berusaha untuk mendengarkan nasihat dan memendamnya."


"Bukan dipendam, tapi difilter. Mana yang baik dan tidak."


Setiap orang memang perlu nasihat kebaikan karena tidak ada seorang pun yang sempurna.


Sebagai pasangan, kita harus tolak menolak dalam hal manajemen emosi. Bukan malah tarik menarik. Maksudnya, ketika yang satu panas, maka yang lain harus mendinginkan. Bukan malah mendukung dan saling menarik dalam kubangan hawa nafsu.


Maka, temuanku hari ini ialah tentang belajar memperbaiki visi dan misi bersama tentang pola pikir.


Tantangannya, tidak mudah memberi masukan kepada suami yang biasa dimanja dan sekarang harus hidup prihatin.


Poin komunikasi produktifnya ialah fokus pada bahasan, selesaikan satu bahasan, to the point, dan gunakan gesture.


Bintangku masih sama seperti kemaren yaitu tiga saja. Aku hanya merasa cukup karena belum puas dengan respon suami. 


Esok, aku berusaha untuk tetap membicarakqn serius masalah pekerjaan untuknya.


#harike-13

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya