Multitasking

 Multitasking



Entah, pagi ini rasanya seperti terburu-buru. Bangun tidur yang agak kesiangan, lanjut ibadah pagi, dan tidak sempat mengobrol santai berdua dengan suami.


Saya lanjut bercumbu dengan bumbu-bumbu di dapur. Merebus air untuk menyeduh dua cangkir kopi, disambi dengan mencuci beras untuk diliwet.


Setelahnya, membuat nasi goreng dan menggoreng ikan untuk lauk. Acara memasak kelar, lanjut membersihkan perkakas tempur. 


Ponakan terbangun dan langsung mengekor ke mana saya melangkah. Akhirnya, saya minta dia mencuci muka dan merapikan bantal. Kemudian saya ambilkan nasi untuk disuapi sekalian sarapan bersama.

Ibu sudah rapi dan siap pergi ke puskesmas untuk prolanis rutin. Suami setelah selesai menyapu dan ikut sarapan, berseru dari dapur.

"Dik, airnya sudah mendidih. Mau buat apa?"


"Mandiin ini anak satu. Tolong, Mas masukin ke ember, ya?" jawab saya dari ruang depan.


Makan pun dengan banyak drama. Ponakan saya ini memang tidak mudah untuk makan, apalagi dengan sayur. Selalu ada alasan untuk mengakhiri makan atau terus-terusan minum. 


Meski banyak drama dan menarik emosi, akhirnya habis juga. Selesai menyuapi ponakan, saya memintanya melepas baju untuk mandi. Sampai di dapur, panci masih di atas kompor.


"Ya Allah, katanya mau bantu mindahin air. Mas, air yang dipindah yang mana?" tanya saya ketika teringat tadi ada dua panci.


"Lah, gimana sih? Air panasnya udah di sumur."


"Mas menuang air yang dari panci ini, ya? Ini kan air direbus untuk diisi ke termos. Yang buat mandi air di panci besar ini."


"Maaf."


Suami berkomentar pendek dan langsung merebus air lagi untuk mengisi termos. Sebab, air untuk dikonsumsi bukan dari air sumur di rumah. Warnanya berbeda dan panci yang dipakai juga berbeda.


Aku menarik napas panjang. Segera berlalu dari hadapan suami dan memandikan ponakan. Sedang suami bersiap ke bengkel untuk menambal motor. Nantinya, dia akan mengantar ponakan ke tempat mbah dari ibunya.


Habis mandi, saya menyiapkan keperluan untuk dibawa ponakan. Sambil beberes, mulut ini tak berhenti memberi wejangan.


"Di tempat Mbah, nanti Mas yang manut. Makan sendiri sudah besar, enggak beli jajan terus. Belajar sama Lik di sana, ya?" ucapku panjang kali lebar sambil menyiapkan materi untuk dia pelajari.


Ponakan sudah rapi dan wangi. Saatnya saya mandi dan bersiap untuk beraktivitas. Jadwal hari ini mulai setengah delapan sampai setengah sebelas.


Pukul sepuluh, mendapat telepon dari ibu jika beliau tidak diizinkan pulang oleh petugas medis. Tekanan darah di atas dua ratus dengan kadar gula darah hampir tiga ratus.


Baiklah. Saya tarik napas. Berpikir cepat untuk menyiapkan keperluan ibu dan menyediakan makanan untuk bapak di rumah.


Ma syaa Allah, hari ini benar-benar luar biasa. Dari pagi saya seperti dikejar-kejar dengan tugas dan tanggungjawab. Kini, saya duduk diam di samping ibu yang sedang lelap beristirahat di ruangan yang serba putih.


Jadi, komunikasi produktif yang saya praktikan hari ini tidak sesuai dengan rencana. Saya belum memiliki waktu yang tepat untuk beebicara serius dengan suami.



Temuan saya hari ini lebih multitasking yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi.


Tantangannya, saya harus meredam emosi dengan apa yang sudah terjadi. Kesalahpahaman antar saya dan suami, juga kesabaran menghadapi ponakan. Saya masih harus belajar untuk melakukan teknik KISS saat berbicara dengannya.


Jadi, poin komunukasi produktif saya adalah harus jelas dalam menyampaikan sesuatu. Lebih mengedepankan nalar daripada emosi. Serta belajar teknik KISS.


Rencana untuk esok, saya akan berkomunikasi dengan ibu. Memberi motivasi dan semangat agar cepat sembuh dan segera pulang ke rumah.


Hari ini, saya memutuskan untuk memberi tiga bintang saja. Saya merasa cukup sebab komunikasi belum lancar dan masih ada nada tinggi baik dengan ponakan atau suami.


"Wanita itu memang multitasking, bisa berbicara sambil melakukan beberapa pekerjaan. Namun, salah fokus bisa mengacaukan semuanya."


#harike-9

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya