Pujian Itu Sebagian dari Cinta

 

Pujian Itu Sebagian dari Cinta

Oleh: Merlin Nursmila

 

Teorinya, hari ini adalah menerapkan bahasa kasih words of affirmation. Bangun tidur, hal yang pertama yang dilakukan ialah menyentuh pasangan. Saling memandang, lama. Tak ada kata yang keluar dari bibir masing-masing.

Usai salat shubuh, saya mengingatkan bahwa hari ini praktik saling memberikan kata-kata yang mendukung. Tak ada respon. Kami terdiam cukup lama.

Suami tersenyum. Ia mulai mengeluarkan kata-katanya.

“Hari ini tetap semangat, ya? Meski banyak tugasnya, tetap semangat. Kobarkan apinya, jangan terlalu lelah,” ucapnya.

In syaa Allah. Mas juga yang sabar, ya? Isi lagi stoknya yang banyak di sini,” timpalku sambil menunjuk dadanya.

Kami sama-sama tersenyum. Saling memandang dan mengaitkan jari-jari tangan.

“Mas, rasanya kok tidak mudah, ya? Berbicara langsung di depan Mas, apalagi memberikan pujian-pujian,” jujurku.

“Ya, biasa saja. Tidak perlu dipaksakan.”

“Kalau lewat tulisan, kok bisa, ya?”

“Menulis kan sama saja berkomunikasi,” jawabnya lagi.

Oke. Hari ini saya akan memberimu bom kata-kata, Mas.

Akhirnya, kami mengakhiri obrolan pagi dan melanjutkan aktivitas rumah tangga. Saya mencuci dan suami menyapu. Kemudian ia akan mendekat dan membantu untuk membilas pakaian. Di sini, kami tetap mengobrol biasa saja.

“Terima kasih, Masku yang rajin,” pujiku dan hanya disambut dengan senyuman.

Ketika kami sama-sama akan berangkat kerja, saya mengulangi untuk memberi pujian.

“Masku yang bagus dan cakep, hati-hati, ya? Semangat!”

Dia tak merespon pujian. Mengulurkan tangannya untuk berpamitan dan mendaratkan kecupan. Selesai. Kami pergi dengan kendaraan masing-masing.

Sesuai rencana, siang setelah selesai aktivitas, saya mulai mengirim pesan untuk suami. Menulis puisi untuknya. Spesial tanpa rayuan gombal. Jika biasanya dia yang menuliskan puisi untuk istri, kali ini saya yang akan menulis untuk suami. Menyalurkan rasa cinta tanpa kode kedip-kedip mata.

Mungkin lucu. Namun, kami memang jarang berkirim pesan mesra. Saling berkomunikasi lewat gawai jika ada perlunya saja. To the point.

Jadi, meski saya sudah mengirim puisi, panggilan mesra, dan stiker romantis, respon suami biasa saja. Saya pun tak masalah. Paling tidak, kami sudah mencoba dan jadi tahu bagaimana hasilnya.

Namun, jangan kikir juga dengan pujian. Bagaimana pun, pujian antar pasangan pasti akan member kebahagiaan tersendiri meski porsinya tidak tinggi. Untuk esok ahad, In syaa Allah, waktu berkualitas akan kami praktikan sebagai bahasa kasih ketiga. hari ini, saya rasa cukup untuk komunikasi produktifnya.

“Kata I love you itu perlu, tapi jangan diumbar dengan terlalu. Buktikan saja dengan perhatian dan perbuatan yang lebih mengena dan berkesan.”

#harike-3

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

#banyumasraya

#merlinnursmila

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya