Mari Berpacaran

 

Mari Berpacaran

Oleh: Merlin Nursmila

 



kokok menyapa

bibir melengkung tipis

ciptakan asa

 

Haiku pagi yang sesuai dengan bahagianya hati ketika membuka mata. Mengakhiri mimpi indah dan siap menjalani hari untuk kembali merajut asa. Berdua. Hanya ada sepasang suami istri yang merenda kepingan harap agar menjadi nyata.

“Kita ke mana?” tanya suami semangat.

“Maunya ke mana? Tapi, Ahad ini ponakan di rumah,” jawabku tersenyum.

Hari ini, keluarga besar berkumpul. Ponakan-ponakan yang masih usia sekolah dasar dan balita menginap di rumah simbah. Mana mungkin saya dan suami akan pergi berdua untuk bersenang-senang.

Setelah bercengkrama pagi dan selesai melakukan aktivitas, suami mendekat.

“Serabi enak, ya, Dik?”

“Mas, pengin?”

Dia hanya menatap dengan tersenyum.

“Nanti, ya? Tunggu sebentar,” jawabku ketika melihat ponakan-ponakan akan pergi jalan-jalan ke sawah.

Setelah mereka jalan, saya dan suami pun mengeluarkan sepeda motor. Kami mengambil arah memutar agar anak-anak tidak melihat.

Sepanjang jalan mengobrol apa saja hingga sampai di tempat penjual serabi legendaries di Karanganyar, Kebumen. Ibu Basirun, penjual serabi original yang masih banyak pelanggan setianya sejak dulu.

Setelah membeli serabi beberapa tangkap, kami mampir ke rumah mertua. Keajaiban. Pagi ini, mertua pun sedang keluar untuk membeli sayur berdua karena sang cucu belum datang ke rumah. Akhirnya, anak dan orang tua sama-sama memiliki kesempatan untuk berduaan.

Di rumah mertua hanya saya dan suami. Kami bercanda dan saling berdekatan. Bercengkrama dengan sebuah lagu yang kami aransemen syairnya dengan suka-suka hingga mengundang tawa.

Tak lama, hanya beberapa jam saja. Namun, kami bahagia bisa memiliki waktu berduaan tanpa ada yang mengganggu. Setelah mertua pulang dan kami mengobrol secukupnya, saya berpamitan.

Selain membeli serabi, tujuan kami juga mau mencari obat untuk bapak di rumah yang sedang kurang sehat. Sambil menunggu toko obat dibuka, waktu kami habiskan berdua untuk bersenang-senang.

“Nanti sore ke mana, Dik?”

“Hmm, main kano, gimana?” tanyaku.

“Boleh. Nanti setelah selesai memperbaiki lampu di sini, ya?” jawab suami yang mau memperbaiki lampu di rumah orang tuanya.

In syaa Allah, nanti sore saja kalau ponakan sudah pulang. Kalau enggak, ya, ke mana saja nanti,” usulku.

Kami pun pulang ke rumah orang tuaku. Bersyukur, rumah orang tua dan mertua masih satu kecamatan. Kami bisa datang kapan saja karena orang tua pun sama-sama tinggal berdua. Di utara atau di kidul, kami sama-sama memiliki kamar pribadi. Meski dengan suasana yang berbeda, in syaa Allah jika dilalui bersama tetap bahagia.

Jadi, pagi ini saya memiliki bahasan dan waktu yang tepat untuk berdua dengan suami meski tidak lama. Cukup dan mampu memberi energi kebahagiaan untuk mengawali hari.

Hari ini saya puas, meski masih ada hal yang perlu dibenahi lagi. Daripada dengan kata-kata, waktu bersama lebih membahagiakan hati untuk kami. In syaa Allah, esok saya dan suami akan mempraktikan bahasa kasih yang keempat yaitu saling memberi hadiah.

“Wahai suami istri, berpacaran itu perlu untuk mengisi tangki cintamu kembali pada pasangan. Carilah waktu berdua, meski hanya sekadar membeli gorengan saja.”

 

#harike-4

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

#banyumasraya

#merlinnursmila

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya