Ilmu Titen

 Ilmu Titen



Ahad bahagia. Alhamdulillah, bangun tidur dengan kesegaran. Semalam tidur dengan kualitas cukup. Mamak pun sejak diberi obat suntik melalui selang infus bisa tidur dengan tenang. Tidak terbangun dengan sering. Semua dirasa sudah membaik tanpa keluhan.


"Sehat ya, Mak? Bisa tidur pulas."


"Alhamdulillah. Perut juga sudah tidak perih dan mual."


Aku memegang perutnya yang sudah tidak keras. Lalu menanyakan satu per satu anggota badannya, bagian mana yang masih kurang nyaman. Alhamdulillah, nihil.


Berbeda dengan pasien di sebelah. Gadis lulusan SMP yang didiagnosa typus. Sebabnya sepele, dia sembunyi-sembunyi makan seblak pedas. Padahal sebelumnya sudah opname gejala typus.


"Mak, kalau aku yang sakit enggak dielus gitu, ya? Malah ditantang sekalian. Ayo, masih kurang, enggak? Beli lagi  yang banyak," kataku sambil melihat ibu si gadis yang begitu telaten mengelus dan mengusap putrinya yang terus-menerus merengek.


"Iyalah," jawab Mamak singkat, tersenyum.


Mamak memang bukan tipe orang tua yang memanjakan anak. Semua anak dididik untuk disiplin dan bertanggungjawab, apalagi terkait dirinya sendiri.


Kalau sudah tahu punya riwayat sakit magh dan typus, berati tak perlu makan pedas, asam, dan makanan instan bermicin. Kalau tahu alergi, ya dihindari.


Walaupun anak akan sembunyi melakukan sesuatu, Mamak pasti akan tahu. Memang orang tua itu kuat dengan ilmu 'titen'-nya. Tahu apa yang dilakukan anak meski tanpa diberi tahu.


"Berlaku buat Mamak juga, ya? Nah, Mamak pusing lagi, minum kopi enak, ya?" kataku membalikkan keadaan, menempatkan posisi jika Mamak mengeluh.


Mamak hanya tertawa.


"Ingat 3J kemaren, Mak. Masih ingat?" tanyaku meyakinkan diri apa Mamak masih ingat kata dokter atau hanya mendengar sambil lalu.


"Jadwal, terus apa, ya?"


"Jumlah. Satunya lagi apa, Mak?"


"Jarak."


"Jenia makanan. Diingat dan dilakukan ya, Mak? 3J itu jadwal makan rutin baik pokok atau selingan. Jumlah kalori sama jenis makanannya. Kan kita yang merasakan."


Akhirnya, inti percakapan tersampaikan. Aku memang tidak bisa to the point jika bicara sama Mamak. Takut dikira menggurui atau memerintah, malah nanti salah paham.


Mamak tersenyum. Memang tipe orang yang tidak konsisten dan perhatian pada tubuh sendiri meski tahu kondisinya. Mamak tidak mau menghindari sesuatu kecuali memang karena tidak doyan.


Berbicara dengan orang tua memang perlu waktu yang tepat dan pilihan kata yang sesuai. Tetap menjadi pendengar baik dan jangan membantah meski benar. Pelan-pelan asal bisa tersampaikan.


Temuan komunikasi pagi ini ialah mencoba menyampaikan apa kata dokter yang boleh dan tidak untuk kesehatan Mamak. Mencoba mengingatkan agar diterapkan.


Tantangannya, tidak mudah memberi masukan pada Mamak yang usia sudah lansia dengan sifat kerasnya dan sensitif.


Poin komunikasi yang dilakukan ialah tetap memotivasi untuk sehat dan cepat pulang, menjadi pendengar baik, dan menyampikan pesan di waktu tepat dengan diksi yang sesuai.


Jadi, bintangku hari ini ada empat. Puas dengan komunikasi pagi dengan membuat Mamak tertawa di antara obrolan pagi dan pesan tersampaikan. Namun, tetap saja ada hal yang masih harus diperbaiki dalam komunikasi.


Untuk esok hari, mencoba berkomunikasi dengan baik lagi. Mengingat Senin sudah harus kembali ke rutinitas wajib dari pagi sampai sore.


#harike-11

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang

#institutibuprofesional

#petualangbahagia





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya