STOP DISCRIMINATION!

Hasil gambar untuk stop discrimination



Tumbuh Bersama Mereka Yang Istimewa
(Curhat Seorang Ibu Dengan Anak PWD)


Assalamu'alaikum sobat pelangi....

Alhamdulillah kita masih diberikan anugerah rahmat dari-Nya yang tiada putus-putusnya. Mari senantiasa bersyukur dengan menikmati segala apa yang terjadi dalam hidup kita dengan penuh sabar dan ikhlas. Inilah sejatinya kunci dari sebuah kebahagiaan.

Kali ini saya akan menceritakan tentang kisah yang berasal dari sebuah curahan hati seorang ibu yang memiliki anak yang istimewa. Mereka adalah ibu-ibu hebat yang memiliki kekuatan, kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dengan mengasuh serta mencintai anaknya yang seorang penyandang disabilitas.

Sobat pelangi yang baik dan budiman, berikut akan saya awali kisahnya.
Semoga bisa dinikmati dengan penuh penjiwaan agar bermanfaat dan membawa hikmah yang berharga.

Bismillahirrahmanirrahim....

Hasil gambar untuk kpeduli difabel

Tersebutlah seorang Ibu separuh baya yang memiliki seorang anak penyandang disabilitas. Putranya yang menginjak masa remaja ini mengalami kelainan fisik, tidak bisa berjalan dan kaku pada anggota geraknya. Selain itu sang buah hati juga mengalami keterbelakangan mental, sehingga mengalami pola pikir yang istimewa.

Sudah tiga tahun ini sang Ibu menyekolahkannya di sebuah Sekolah Luar Biasa. Dua tahun pertama semuanya berjalan lancar. anak mendapatkan fasilitas pendidikan gratis dari pemerintah mulai dari biaya pendidikan, buku, seragam sekolah, bahkan beberapa anak dengan kondisi keluarga yang kurang mampu pun mendapat bantuan dari pemerintah.

Bukan hanya fasilitas pendidikannya yang baik. Kinerja tenaga pendidiknya pun berkualitas dan sangat peduli dengan anak didiknya yang penyandang disabilitas. Semua diperlakukan sama sesuai hak dan kebutuhannya.

Namun, akhir-akhir ini banyak orang tua siswa yang mengeluh. Mengapa? Fasilitas pendidikan mulai dikenakan biaya. Hal ini masih bisa diterima sebagian orang tua. Tetapi hal lain yang sangat mengecewakan adalah perubahan sikap dan perilaku dari tenaga pendidiknya sendiri.

Mulai dari sang Kepala Sekolah yang jarang mendatangi sekolahan. Dihitung hanya sekitar tiga kali beliau menengok keadaan sekolah sejak serah terima jabatan baru dari kepala sekolah lama yang telah pensiun. Selain itu para guru pun mulai tidak peduli dengan keadaan dan kebutuhan anak didiknya yang istimewa.

Satu bukti yang disampaikan Ibu ini dan benar-benar dilihat dengan mata kepalanya sendiri adalah kejadian pada hari Jumat lalu. Dikisahkan bahwa ada seorang anak dengan kondisi tidak bisa berjalan karena kelainan pada kakinya.

Seusai kegiatan sekolah, bapak guru dan beberapa siswa laki-laki hendak berangkat ke masjid untuk menuanaikan shalat jumat. Kebetulan telah berdiri satu masjid baru yang lumayan ramah untuk penyandang disabilitas. Tidak dibangun anak tangga yang tinggi untuk bisa memasuki serambi masjid.

Dan anak yang dikisahkan ini ingin sekali mengikuti shalat jumat di masjid tersebut. Tetapi apa yang terjadi? Salah satu dewan guru melarangnya hingga anak tersebut menangis. Sekali lagi sang anak merengek minta ikut, namun guru itu tetap kukuh pada pendiriannya untuk melarangnya dengan alasan merepotkan. Bahkan sampai berbicara dengan nada yang keras. Tak ayal lagi, anak tersebut semakin menangis histeris.

Melihat apa yang terjadi, penjaga sekolah mengambil inisiatif. Dia mendekat kepada sang anak dan mengantarnya pergi ke masjid dengan naik motor. Biasanya, anak tersebut diantar oleh ibunya sendiri untuk pergi shalat jumat di masjid. Namun hari ini sang ibu sedang ada kepentingan, tetapi malah begini akhirnya.

Sungguh perilaku seorang pendidik yang tak patut dicontoh. Memalukan dan membuat geram orang tua dan masyarakat. Bagaimana tidak? Shalat itu adalah hak dan kewajiban setiap muslim. Sedangkan di Indonesia sendiri telah diberlakukan aturan dalam dasar negara UUD 1945 tentang kebebasan yang bertanggungjawab bagi setiap warga negara Indonesia.

Terlepas dari aturan ini, bukankah seharusnya tugas seorang guru adalah membimbing sekaligus mengajak kebaikan bagi anak didiknya? Istilah guru adalah orang tua kedua saat di sekolah seharusnya masih berlaku di setiap lembaga pendidikan.

Hasil gambar untuk guru digugu lan ditiru

Dalam bahasa Jawa sendiri, guru itu berarti digugu lan ditiru. Digugu artinya dipatuhi, dituruti dan dibenarkan segala hal yang dia ucapkan tentang ilmu kebaikan. Kemudian setelah itu ditiru, artinya guru itu patuh dicontoh, dijadikan teladan bagi anak didiknya. Lantas, mengapa sikap dan perlakuan seorang guru seperti kisah di atas?

Sungguh bukan mencerminkan seorang tenaga pendidik. Sebenarnya apa yang ada dalam benak dan pikirannya? Apakah dia malas untuk direpoti oleh anak didiknya itu, atau merasa malu karena bersama siswa penyandang disabilitas?!?

Ketahuilah! Mereka kaum difabel itu istimewa. Tak seharusnya mereka diperlakukan secara berbeda tanpa kasih sayang. Difabilitas itu anugerah Illahi, ingat semua itu pemberian Tuhan. Jadi janganlah menganggap disabilitas itu kutukan ataupun suatu pembawa sial. Karena ini ungkapan yang sangat memalukan!

Seharusnya bagaimana? Mari kita bergerak bersama kaum disabilitas. Bergandengan tangan dan melangkah bersama untuk mewujudkan masyarakat inklusif. Jadilah anggota masyarakat yang bejiwa sosial tinggi, mau menerima setiap perbedaan dengan tangan terbuka. Bersama kita tumbuh mencapai satu tujuan dalam naungan Bhineka Tunggal Ika. Walaupun banyak perbedaan namun kita tetap harus bersatu tanpa memandang latar belakang setiap orang dan atau golongan.

Lets to speak up, Stop discrimination!
Mari peduli disabilitas dengan membangun masyarakat yang inklusif.

Hasil gambar untuk kbergerak bersama difabel

Sekian.
Terima kasih dan semoga menjadikan manfaat untuk sobat pelangi semuanya, agar tergugah hati dan jiwa untuk berlaku peduli terhadap sesama. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya