SAYA di 2020

 SAYA di 2020


Satu tahun sudah terlewati. Bersyukur masih diberi kesempatan menghirup napas hingga detik ini. Nikmat sehat menjadi utama di kala pandemi Covid-19 mewarnai hari-hari di tahun 2020.


Alhamdulillah, meski di rumah saja, saya masih bisa berkarya. Setidaknya ada kegiatan lain yang bisa dikerjakan untuk membunuh sepi dan rindu tak bisa bertemu.


Pendemi mengajarkan banyak hal. Apa itu arti rindu, bersukur, berbagi, dan juga peduli. Ya, 2020 adalah tahun istimewa bagi insan di dunia.


Pandemi juga mengajarkan banyak hal baru. Tentang apa itu teknologi mulai dari adanya BDR, KDK atau KDR, juga sejumlah sistem lain yang mendukung kelancaran aktivitas belajar atau bekerja.


Bagi saya, 2020 juga memberi warna baru dalam hal literasi. Tahun ini menjadi momen berharga sebab semua kegiatan berkarya dilakukan dari rumah.


Alhamdulillah, saya bisa membuktikan bahwa dengan di rumah saja, saya pun bisa meraih juara. Antara lain juara tiga lomba menulis narasi perjalanan dalam rangka memeringati HUT Kebumen ke-371 yang diselenggarakan oleh Umah Gombong. Naskah berjudul Petani Milenial Menolak Menjadi ASN mendapat tempat di hati para juri. Di antaranya ada beliau Bapak Mawardi. 


Kedua, saya berhasil meraih juara dua lomba menulis cerita pendek yang diadakan oleh Perpustakaan Daerah Kebumen bekerja sama dengan Penerbit RnA Kebumen. Naskah berjudul Aksara Tuhan mengusung tema suka duka di saat pandemi.


Selain itu, antologi cerita anak Geopark Bercerita sebagai ide awal lomba menulis artikel Literasi Geopark tahun 2019, selesai diterbitkan. Alhamdulillah, diterima dengan baik oleh rekan semua. Kemudian beurutan ada antologi mengenai hikmah Covid-19 yang digarap bersama Sahabat Akademi Literasi TMH Kebumen.


Di tahun 2020, saya juga berhasil menjadi kontributor platform online bagi anak-anak. Beberapa artikel dan cerita khusus anak berhasil dimuat di dalamnya.


Satu hal membahagiakan lainnya ialah saya terpilih sebagai salah satu pemenang lomba blog bertema meneropong negeri kayangan Dieng yang dilaksanakan oleh sebuah komunitas menulis. Hasil akhirnya, Alhamdulillah, saya berkesempatan ikut menulis dalam project Dieng, Budaya Tak Berkata yang diselenggarakan oleh Direktorat Cagar Budaya.


Bahagia tak terkira tentunya. Usaha memang tak membohongi hasil. Beberapa waktu lamanya, saya harus riset dan banyak membaca tentang Dieng. Khususnya tragesi Kawah Sinila silam yang menghilangkan sebuah desa secara administratif.


Alhamdulillah, usaha itu berbuah manis. Saya berharap, tahun 2021 selain menambah karya bersama sahabat dan pasangan, karya solo pribadi juga bertambah. Aamiin.


Bismillah, saya mencoba untuk konsisten menulis bersama KLIP.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya