Haiku 'Cinta Setia Waktu'

CINTA SETIA WAKTU


Siapakah yang tak mengenal cinta? Ia adalah sosok misterius yang berwujud keindahan. Percayakah pada cinta yang setia? Temukan jawabannya pada buku "Cinta Setia Waktu' yang akan mengajarimu tentang kesetiaan cinta pada setiap musim sepanjang waktu.

Rasakan kehadiran ruh-ruh cinta di setiap waktumu dan rasakan sensasi keindahan berpuisi yang membasahi jiwa. 'Cinta Setia Waktu' telah membuktikannya!

Dokumentasi Pribadi



Cuplikan di atas merupakan penggalan blurb yang tercantum pada cover belakang buku antologi haiku 'Cinta Setia Waktu.'

Sebenarnya, apakah haiku itu? 

Haiku adalah puisi jepang yang biasanya menggunakan ilusi dan perbandingan, terdiri atas 17 suku kata yang terbagi menjadi 3 larik, larik pertama 5 suku, larik kedua 7 suku, dan larik ketiga 5 suku. (KBBI V)

“Haiku digenggam dengan semua panca indera, bukan dengan logika ... untuk melompati kesenjangan antara logika dan indera, teknik retoris Jepang unik seperti kireji dan kigo (kata musim) diciptakan.” (The Matsuyama Deklarasi, 2000).

Secara sederhana dapat dipahami bahwa haiku merupakan puisi pendek yang menggunakan bahasa sensorik untuk menangkap perasaan atau gambar. Inspirasi menulis haiku biasanya berasal dari elemen alam, momen indah, atau pengalaman mengharukan.

Haiku yang awalnya dikembangkan oleh pujangga Jepang, sekarang sudah diadaptasi oleh negara-negara lain sesuai bahasanya masing-masing, termasuk di Indonesia.

Anda pun bisa belajar menulis haiku dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1.                  Struktur Haiku
a.       Suku kata
Pada aslinya, haiku memiliki 17 suku kata yang terbagi dalam tiga frase yaitu 5 suku kata, 7 suku kata, dan 5 suku kata. Di Jepang, haiku hanya ditulis dalam satu baris, tapi di luar Jepang sebagian besar ditulis menjadi 3 baris. Sehingga susunannya menjadi:

... ... ...  (5 suku kata)
... ... ...  (7 suku kata)
... ... ...  (5 suku kata)

b.      Mendampingkan dua ide
Haiku sebaiknya mengandung dua ide yang berdampingan. Kedua bagian itu mandiri secara tata bahasa dan biasanya mencerminkan gambar yang berbeda. Untuk memotong kedua ide tersebut digunakanlah kireji (kata pemotong) yang diletakkan di salah satu baris haiku.
Jadi, fungsi dari kireji sebenarnya untuk memotong, menekankan, dan melompat. (Memotong alur pikiran, menekankan kalimat yang mendahului, dan membuat lompatan kecil untuk frase berikutnya).

Contoh:
Haiku katak terkenal milik Basho

furuike ya
kawazu tobikomu
mizu no oto

kolam yang tua
ada katak melompat
suara air

(translate by William J. Higginson)

Bisa dipahami lagi menjadi:
(Ketika) katak melompat
(Saya mendengar) suara air
(Yang membuat saya jadi teringat kembali, ketika saya sedang duduk di) kolam tua

Kireji dalam haiku katak mengajak pembaca untuk memahami adanya hubungan dua bagian haiku yaitu kolam tua dan katak melompat/suara air. (Makoto Ueda, Modern Japanese Haiku, QTD.)

2.                  Topik Haiku
a.       Perasaan objektif
Haiku biasa ditulis berdasarkan apa yang dilihat dan dirasakan atau bentuk dari mengekspresikan suatu gambar yang ada di alam dan lekas berlalu.



Misalnya:
Melihat katak melompat
Setangkai bunga berayun kena angin
Hujan yang turun terus-menerus
Dll

b.      Penanda waktu/musim
Kigo adalah penunjuk musim di mana saat haiku terjadi (Go: menunjukan musim dan KI: di mana saat haiku berlangsung),

Kigo yang merupakan struktur fisik dinyatakan menggunakan kata yang tidak hanya mengacu pada fenomena alam seperti cuaca, tetapi juga menunjukan tentang suasana suatu musim, bagaimana sesuatu bisa berubah saat musim tertentu, dan bagaimana kehidupan manusia di musim tersebut.

Misalnya:
Musim penghujan dan kemarau
Waktu pagi atau malam
Adaptasi perilaku hewan dan tumbuhan
Dll

3.                  Bahasa Sensorik
a.       Detail
Haiku ditulis sesuai apa yang dirasakan oleh panca indera. Penulis harus meringkas apa yang dilihat atau dialami dengan menggunakan kata-kata singkat yang menunjukan topik haiku.

Gunakan teknik dasar pertanyaan Apa, Saat, Mana
Apa – yang dilihat atau dirasakan?
Saat –  kapan peristiwa tersebut terjadi?
Mana – di mana peristiwa terjadi?

Misal:
kolam yang tua
ada katak melompat
suara air

kolam tua menunjuk jawaban di mana, ada katak melompat jawaban apa, dan suara air jawaban kapan (saat).

b.      Tunjukkan
Haiku mengekspresikan momen-momen pengalaman objektif, bukan memberikan interpretasi subjektif atas peristiwa yang terjadi. Haijin menunjukan kebenaran tentang keberadaan momen itu, bukan meneceritakan emosi penulis.

Misal:
Jangan katakan musim panas, tapi tulislah sorot garang mentari
Jangan katakan malam gelap gulita, tapi tulislah tak ada kerlip bintang atau purnama malu

Intinya, gunakan bahasa yang imajinatif agar pembaca merasakan emosinya sendiri terhadap haiku.

4.                  Menulis Haiku
a.       Temukan inspirasi
Seringlah berjalan-jalan untuk menemukan ide dan merasakan apa yang lingkungan sekitar katakan? Apa yang menonjol di sana?

Bacalah karya penulis haiku lainnya agar keindahan dan kesederhanaan bentuk haiku memacu imajinasi.

b.      Terus berlatih
Sudah selayaknya seorang haijin (penulis haiku) untuk terus berlatih dan belajar agar semakin menambah pengetahuan haiku.

Menurut Basho (dianggap: pujangga haiku terhebat sepanjang masa) mengatakan bahwa haiku setiap haiku harus seribu kali diucapkan oleh lidah. Rancang dan rancang ulang setiap haiku agar maknanya terekpresikan secara sempurna.
c.       Berkomunikasi
Jika ingin serius mempelajari haiku maka luangkanlah waktu untuk belajar dan bergabung bersama komunitas-komunitas haiku yang ada di Indonesia.


·                     Kesimpulan:
Haiku merupakan puisi pendek yang terdiri dari tiga baris dengan aturan umum 5 7 5 suku kata setiap barisnya. Ditulis oleh haijin dengan mencantumkan kigo (penanda musim) dan kireji (huruf pemotong) untuk mendukung suasana saat haiku ditulis. Teknik dasar menulis haiku yaitu dengan rumus apa, saat, mana, sedangkan gambar yang dibuat untuk mendukung haiku disebut dengan haiga.


Sumber:
1.      Wikihow.com
2.      #warkopNH






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya