Rumah Sehat

 Rumah Sehat

Kembali ke Tempat, Belajar Bersyukur





Orang bijak pernah berkata, "Datanglah ke rumah sakit, maka kau akan bersyukur."


Benarkah demikian? Jika dipikir, memang benar adanya. Di tempat ini, aku sadar bahwa menjaga kesehatan itu penting dan harganya mahal.


Meski tak pernah terbesit dalam pikiran jika aku akan berada di sini, bekerja di lingkungan yang berbau obat. Suasana lingkungan kerja yang sejak kecil aku tolak dan ingin dihindari.


"Besok gede jadi perawat, ya?" Harapan bapak kala aku kecil selalu terngiang dan tak pernah ku–aamiinkan. 


Aku benci jarum suntik. Aku takut dan ngeri lihat darah. Aku tak suka bau obat.


Inginnya, aku jadi guru. Berada di lingkungan yang banyak anak-anak, belajar bersama, dan bisa melihat perkembangan serta pertumbuhan anak didik hingga mereka sukses.


Alhamdulillah, meski aku tak bersarjana S.Pd, Allah sayang padaku dan memberikan kesempatan untuk berbagi ilmu. Aku pernah mengajar di lembaga pendidikan formal, juga mengajar privat lepas, serta pernah berbagi sosial dalam mengajar baik daring ataupun tatap muka.


Setelah mencecap manisnya dunia pendidikan, kini takdirku berkata lain. Allah masih sayang dan memberikan kesempatan berbeda.


Resmi per Ramadhan tahun 2022, aku menginjakan kaki di rumah sakit swasta di ujung selatan Kebumen. Satu-satunya rumah sakit yang ada di jalan Daendles. Kini, aku tercatat sebagai salah satu karyawannya, masuk dalam salah satu jajaran staf di bawah direktur dan manager keuangan.


Sebelumnya, rangkaian demi rangkaian tes seleksi aku ikuti. Mulai dari seleksi berkas administrasi, tes tertulis, tes praktik, wawancara, dan tentu saja ada medical check up. Bahkan, aku sempat ingin menyerah dan pasrah. Putus asa berharap sebab di hari ketentuan pengumuman tak ada informasi apapun yang kuterima.


Aku pasrah. Mungkin belum rezeki dan aku harus menyelesaikan amanah yang lainnya dulu. Tetap berhusnuzan dan memikirkan kembali baik buruknya di balik peristiwa ini.


Di saat aku hampir melupakan, Allah kembali membuka catatan takdirku. Ternyata, pengumuman itu terlambat. Aku dinyatakan lolos seleksi dan wajib mengikuti masa orientasi karyawan baru.


Alhamdulillah, alhamdulillah, tsumma alhamdulillah. Rencana Allah memang indah.


Kini, aku mulai kembali bekerja di pelayanan publik dengan sistem shift. Sedikit demi sedikit aku harus belajar. Memahami bahasa medis, alat-alat kesehatan, tindakan, nama obat, dan harga. Jelas kan, kenapa aku harus banyak bersyukur dan mengatakan sehat itu mahal? 


Ya Allah, ini semua campur tanganmu. Aku berdoa semoga langkahku ini dihitung sebagai sarana ibadah agar aku senantiasa dimudahkan untuk mendekat kepada–Mu. Aamiin.


NB. Mohon maaf karena sumber gambar saya unduh dari google, tapi tidak ingat situsnya.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya