GERAKAN UNTUK PERUBAHAN

Mimpi Seorang Sri Lestari


Beliau adalah Sri Lestari, seorang wanita hebat yang mengalami paraplegia sejak 21 tahun yang lalu. Akibat kecelakaan dari sepeda motor tersebut membuatnya menjadi wanita berkursi roda untuk menjalani segala aktivitasnya. Namun siapa sangka, dalam keterbatasannya beliau telah berkeliling Indonesia mulai dari Sulawesi, Sabang dan sampai Pulau Jawa.
Bagaimana semua itu bisa terjadi? Tentunya membutuhkan serangkaian proses yang tidak sebentar juga biaya yang tidak bisa dianggap sedikit. Kecelakaan di tahun 1997 tersebut telah menghabiskan harta kekayaan untuk segala jenis usaha medis baik modern maupun tradisional. Namun semua itu tak ada artinya jika diganti dengan kesembuhan seperti sedia kala.
Melihat kondisi keluarga yang telah berjuang sampai titik darah penghabisan hingga meninggalkan banyak hutang, akhirnya Mbak Sri Lestari menerima kenyataan. Pasrah dengan kondisi tubuh yang lumpuh mulai dari ulu hati sampai kaki akibat cedera saraf tulang belakang. Dalam hatinya terpatri semangat untuk bangkit dan bisa mandiri dalam segala hal agar tidak merepotkan orang tua.
Hingga suatu kali beliau berdoa, dan kini tersadar bahwa doanya itu doa yang salah artinya tidak sepantasnya diucapkan. “Kalau saya akan lumpuh seumur hidup, pasti akan ada jalan keluarnya. Yang jelas saya tidak akan memiliki suami dan tidak bisa memiliki anak.”
Akhirnya dengan kegigian dan dukungan penuh dari keluarga, Mbak Sri Lestari bisa membangkitkan rasa percaya dirinya untuk bangkit dan mandiri. Oleh Bapaknya pun dibuatkan WC khusus untuknya, agar ketika Mbak Sri Lestari berada di rumah seorang diri bisa melakukan sendiri hajatnya tanpa perlu menunggu orang lain.
“Kami akan membuatkan kamu WC khusus, agar kamu bisa mandiri,” ucap Bapaknya suatu hari.
Justeru demi mendengar ucapan Bapaknya inilah Mbak Sri Lestari semakin mantap dan meneguhkan hatinya untuk bangkit dan mandiri. Beliau akhirnya mulai melatih otot-otot tangannya untuk menjadi tumpuan menggantikan fungsi kedua kakinya. Dengan semangat dan dukungan luar bisasa dari keluarga, akhirnya Mbak Sri Lestari pun bisa mandiri.
Terbiasa melakukan kegiatan beberes rumah sendiri seperti menyapu, mencuci dan juga membantu orang tua menjemur padi hasil panennya. Keluarga pun tidak pernah mempermasalahkan seberapa lama Mbak Sri Lestari akan menyelesaikan pekerjaannya. Yang jelas, mereka tetap mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk putrinya.
Singkat cerita, kini Mbak Sri Lestari telah bekerja di UCP Kursi Roda untuk Kemanusiaan Yogyakarta. Dimana lembaga ini bergerak melayani kebutuhan khusus para penyandang disabilitas.
Bahkan, sekarang Mbak Sri Lestari telah bermetamorfosis sempurna menjadi seorang aktivis dan inspirator difabel di Indonesia. Melalui misi yang diberi nama “Perjalanan untuk Perubahan” ini, Mbak Sri Lestari telah melakukan perjalanan sejauh 1800 km melintasi Sulawesi sampai ke Sabang hingga Pulau Jawa.

Perjalanannya dengan menggunakan motor yang telah dimodifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan hak-hak kaum difabel, serta mendorong kemandirian bagi setiap orang yang menyandang difabel. Mbak Sri Lestari juga berkeinginan kuat agar sisa umurnya bisa bermanfaat untuk orang lain.
Berkat kegigihan dan dedikasinya dalam memperjuangkan nasib kaum difabel inilah Mbak Sri Lestari mendapat hadiah dari Kedutaan Besar Arab Saudi di Indonesia. Osama bin Muhammad Al-Shuaibi mengunjungi kediaman Mbak Sri Lestari di Klaten, Jawa Tengah pada bulan November lalu.
“Apakah mimpi yang kamu miliki?” tanya Osama.
“Mimpi tentang pekerjaan atau mimpi pribadi saya?”
“Mimpi pekerjaanmu apa?”
“Kalau pekerjaan, saya terinspirasi dari Program Pemerintah DIY yang membuatkan Kartu Jaminan Kesehatan Khusus bagi penyandang disabilitas. Dimana pemerintah akan membantu menanggung semua alat bantu kaum disabilitas. Nah, saya ingin hal ini tidak hanya di Pemerintah DIY saja tetapi juga dalam lingkup nasional agar semua penyandang disabilitas mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkan alat bantu yang ditanggung oleh Kartu Jaminan Kesehatan Khusus ini.”
“Kalau mimpi pribadimu, apa?”
“Saya ingin naik haji bersama Ibu dan Bapak.”
“Naik haji itu kan biayanya mahal dan untuk kamu pasti sulit.”
“Iya. Tapi kan, saya juga menabung. Dan yang tahu sulit atau tidak itu hanya saya yang akan menjalaninya.”
“Kalau begitu tahun depan kamu naik haji bersama orang tuamu, gratis.”


Subhanallah, begitulah jika Allah sudah berkehendak maka semuanya tidak ada yang tidak mungkin. Begitu juga dengan impian dari Mbak Sri Lestari yang ingin menunaikan ibadah haji bersama orang tua, akhirnya terwujud. Semoga perjalanan dan serangkain proses ibadah hajinya dimudahkan dan dilancarkan oleh Allah SWT, semoga ada keajaiban dan mukjizat Allah yang menyembuhkan kembali kelumpuhan Mbak Sri Lestari. Aamiin.
Dan satu hal yang begitu menarik dan menginspirasi bagi saya adalah kebiasaan dari Mbak Sri Lestari. Beliau sebelum tidur selalu menyempatkan diri untuk menulis minimal lima belas ungkapan syukur kepada Allah SWT atas apa yang didapatkannya selama satu hari dari pagi sampai malam. Serta tak lupa untuk menuliskan doa dan harapannya untuk orang lain.

Inilah virus Mbak Sri Lestari yang menular langsung kepada saya. Jika rasa syukur biasanya hanya saya ucapkan hamdalah, kini saya pun mengajak suami untuk ikut menuliskannya sebelum tidur disertai juga dengan tulisan doa untuk orang lain.
Terima kasih Mbak Sri Lestari atas motivasi dan inspirasinya.


Kebumen, 25 Desember 2017




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal Usul Burung Walet

Pelatihan Jurnalistik

Ibu Wajib Mengajarkan Al Fatihah Kepada Anaknya