Kemuliaan Ilmu di Gedung Kotak
Kemuliaan Ilmu di Gedung Kotak
Rasa
dilema sempat menghampiriku ketika menghadapi dua pilihan. Haruskah aku tetap
berangkat ke Semarang satu bulan penuh untuk mengikuti pelatihan Bahasa Korea
untuk pramuwisata? Atau tetap tinggal di rumah untuk menemani dan melayani
suami di bulan Ramadhan? Alhamdulillah,
suami justru mendukungku untuk mengambil kesempatan emas ini ke Semarang dan
beliau meyakinkanku bahwa tidak mengapa ditinggal. Atas izin dan rida beliau
pun, aku berangkat.
Akhirnya
tanggal 17 April 2019, untuk pertama kalinya aku pergi jauh seorang diri dan
menginjak tanah ibu kota provinsi Jawa Tengah. Tepatnya berada di asrama BLKLN
Semarang 1 yang berlokasi di jalan Brotojoyo nomor 2, Semarang. Aku pun baru
tahu bahwa cuaca di sini lebih panas daripada di Kebumen. Airnya pun terasa sedikit
asin. Hal inilah yang membuat kesan tidak betah untuk pertama kalinya.
Namun,
Alhamdulillah banyak teman-teman yang
saling menghibur dan kebetulan mendapat teman satu kamar yang istimewa. Ia
adalah Vita yang lebih dewasa dari usianya juga Desya, sang pejuang skripsi
yang lucu menggemaskan dengan candaannya.
Waktu
terus berjalan dengan padatnya rutinitas belajar. Hingga dua minggu sudah
terlewati di sini bersama tiga puluh satu teman lainnya dari berbagai daerah.
Dan tibalah bulan suci Ramadhan tahun 1440 H yang telah kami nantikan.
Kami
telah terhimpun membentuk keluarga, maka tak heran jika suasana sahur menjadi
momen tak terlupakan karena salah seorang dari kami begitu kreatif untuk
membangunkan kami sahur. Dia adalah Ricky, seorang sales asal Kendal. Karena
aksen suara dan intonasinya, kami pasti terbangun dalam senyum dan siap
menyambut hari baru.
"Sahur ... sahur,
mangga bapak/ibu sami sahur. Ampun kesupe jangane diangeti! Sahur ... sahur,
mangga sedaya mawon sami sahur amargi sekedhap malih sampun imsyak. Imsyak ...
Imsyaak!" (Sahur ... sahur, mari bapak/ibu
semuanya sahur. Jangan lupa sayurnya dipanaskan lagi. Sahur ... sahur, mari
semuanya sahur karena sebentar lagi sudah imsyak. Imsyak ... imsyak!)
Tak
lama kemudian, disusul bunyi alarm dari kamar asrama putra.
“Sahur ora sahur
sakarepmu, sahur ora sahur sakarepmu! Sing penting aku uwis ngelingke. Sahur
ora sahur sakarepmu!”(Sahur tidak sahur terserah kamu, sahur
tidak sahur terserah kamu! Yang penting aku sudah mengingatkan. Sahur tidak
sahur terserah kamu!)
Sungguh
perpaduan yang unik bukan? Itulah salah satu hiburan yang ada di asrama demi menyuntikan
pasokan semangat kami untuk tetap bertahan di sini dan melupakan sejenak kerinduan
akan rumah.
Walaupun
puasa, kami tetap dituntut untuk semangat dan belajar sepanjang hari. Mulai
dari teori di dalam kelas, praktik guiding
di lapangan, story telling percandian
di Indonesia, bahkan sampai membuat vlog
berbahasa Korea di sebuah destinasi wisata Kota Semarang. Jam belajar begitu
padat dengan ujian dan evaluasi yang susul-menyusul.
Maka
tak heran jika waktu berbuka menjadi sangat istimewa karena kami akan terlepas
sejenak dari padatnya rutinitas belajar. Di sini, peran sang Panjangnim yaitu sebutan untuk ketua
kelas sangat penting. Dia harus bisa mencairkan suasana agar anggotanya tetap
tenang, senang, dan nyaman. Alhamdulillah, ketua kami pun luar biasa. Hingga
suatu hari kami berunding untuk ngabuburit
bersama sambil membagikan santapan berbuka puasa gratis.
Sungguh
ada kebahagiaan tersendiri ketika kami bisa berbagi dengan masyarakat setempat
dan melihat senyum mereka. Selain itu, yang terpenting adalah hubungan
kekeluargaan di antara kami yang semakin erat dan kuat.
"Mbak,
Desya lapar, tapi nggak mau makan. Pengin makan, tapi nggak mau ngunyah."
Ibarat
mantra-mantra, ucapan itu pasti terdengar setelah kami selesai tarawih
berjamaah dan jam malam sudah berlaku. Ah, gadis pejuang skripsi ini memang
menggemaskan. Saya salut dengan kegigihannya dalam belajar. Di tengah
kesibukannya mengerjakan skripsi, ia tetap semangat untuk ikut belajar bahasa
asing. Tak jarang pukul dua dini hari baru memejamkan mata demi bisa
merampungkan skripsi sesuai jadwal.
"Mbak,
tolong nanti bangunin Desya buat sahur, ya? Tolong sampai bangun karena jam dua
baru mau tidur. Terima kasih, Mbak.”
Ketika
aku bangun untuk sahur, sering kutemukan memo kecil di atas tempat tidur. Ma syaa Allah, kamu luar biasa De. Kamu
tetap semangat menuntut ilmu walaupun harus bersusah payah membagi waktu demi
kewajibanmu sebagai mahasiswa tingkat akhir. Bahkan, tak jarang kamu berbagi
ilmu dengan kami di sela-sela waktu istirahat.
Nyatanya,
perjuanganmu pun tak sia-sia. Aku, kamu, dan Vita berhasil keluar dari gedung
kotak BLK ini dengan menyandang peringkat sepuluh besar. Lebih bahagianya lagi
bahwa kita lulus seratus persen. Semua ini tak lepas dari perjuangan
instruktur-instruktur kita yang sabar dan ikhlas membagi ilmunya. Juga
keberadaan teman-teman yang saling membantu dan merangkul erat dalam setiap
beban yang ada karena tiga puluh hari itu bukan waktu yang singkat untuk
menjalin kekerabatan. Dan tidak sedikit kenangan yang telah tercipta baik suka
maupun duka.
Bagiku,
bukan sekedar ilmu tentang Bahasa Korea dan kepemanduan yang didapat, tapi
lebih kepada ilmu kehidupan. Dari kalian, teman-temanku ... aku banyak belajar
beberapa hal. Mulai dari sikap saling menghargai, menyayangi, melebur setiap
perbedaan yang ada, dan belajar tentang pentingnya sebuah persahabatan.
Benar
kata pepatah bahwa kita sebaiknya berteman dengan penjual minyak wangi agar
ikut tercium wangi. Dan berteman dengan kalian pun aku ikut mendapatkan
wanginya cinta persahabatan yang tulus. Hingga di momen terakhir pun, tanpa
disangka-sangka, Sam Lukman dan Sam Ayu memberikan hadiah minyak wangi
bagi kita semua.
Semoga
hadiah minyak wangi ini pun menjadikan kita wangi juga oleh kemuliaan ilmu dari
guru-guru kita yang dirahmati Allah SWT. Ilmu yang akan menjadikan persahabatan
kita semakin erat di dunia juga sampai ke janah-Nya. Aamiin.
Maka,
layaknya sebuah pertemuan pasti ada perpisahan. Alangkah baiknya jika
perpisahan ini layaknya sebuah senja. Ya, senja adalah bukti terindah dari
sebuah perpisahan. Yakinlah, bahwa esok masih ada waktu untuk bertemu lagi
dalam keadaan yang lebih baik, sukses, dan mulia.
Mari
kita kembali ke rumah untuk menuntaskan indahnya bulan suci ramadhan. Menjemput
keberkahan di dua minggu terakhir dan semoga kita bertemu lagi di
ramadhan-ramadhan selanjutnya.
Sampai
jumpa sam, sampai jumpa sahabat, dan
sampai jumpa lagi Semarang ....
Sampai Jumpa
Datang akan pergi, lewat kan berlalu
Ada kan tiada, bertemu akan berpisah
Awal kan berakhir, terbit kan tenggelam
Pasang akan surut, bertemu akan berpisah
Ada kan tiada, bertemu akan berpisah
Awal kan berakhir, terbit kan tenggelam
Pasang akan surut, bertemu akan berpisah
Hey!
Sampai jumpa di lain hari untuk kita bertemu lagi
Kurelakan dirimu pergi
Meskipun, ku tak siap untuk merindu
ku tak siap tanpa dirimu
Sampai jumpa di lain hari untuk kita bertemu lagi
Kurelakan dirimu pergi
Meskipun, ku tak siap untuk merindu
ku tak siap tanpa dirimu
kuharap terbaik untukmu
du duu duuduuu
du duu duuduuu
du duu duuduuu
du duu duuduuu
du duu duuduuu
du duu duuduuu
du duu duuduuu
***
Komentar
Posting Komentar