CURHAT
Mantul! Puspita Mandasari, guru muda dari SMA Muhammadiyah Gombong menuturkan kalimat yang begitu memotivasi.
"Dengan berpuisi kita bisa mengkritik tanpa menyakiti, dengan berpuisi kita bisa didengar tanpa memaksa."
Ucapannya tersebut dibuktikan dengan terbitnya sebuah buku antologi puisi berjudul 'Kata Hati'. Proses penulisan yang memakan waktu sekitar satu minggu ini begitu istimewa. Bagaimana tidak? Ada seratus siswa dengan seratus puisi yang mengisi setiap halaman buku.
Luar biasa! Beberapa puisi pun dipentaskan oleh pujangga dari Lingkar Sastra Gombong (LISONG). Tepatnya pada Jumat, 27 Desember 2019 bertempat di aula Roemah Martha Tilaar, Gombong.
Penyair mendeklamasikan puisi dengan ciri khas dan kreatif masing-masing. Terbukti, pementasan puisi pun bisa mengetuk hati pendengarnya. Tulisan sederhana dari siswa kelas sepuluh SMA Muhammadiyah Gombong tersebut berhasil disulap menjadi sesuatu yang unik dan istimewa.
"Penulis puisi belum tentu bisa membacakan karyanya dengan baik dan pembaca yang baik belum tentu bisa menulis. Jadi, penikmat sastra itu semuanya baik," tutur Pak Sigit Asmodiwongso, selaku MC sore ini.
Aku tersenyum mendengarnya. Bahkan teman di sebelah pun berbisik.
"Aku kesetrum, ingin baca juga," ucapnya penuh semangat.
Senyumku merekah. Dua jempol teracung. Bahkan pembacaan puisi sore ini berhasil menghipnotis penikmatnya untuk turut serta mendeklamasikan.
Untuk itu, marilah kita tularkan virus-virus literasi sejak dini. Jika anak muda bisa menjadikan curhatnya menjadi puisi, mengapa kita tidak? Tak mungkin juga sebuah curahan hati bisa di-eksplore kembali menjadi sebuah karya yang penuh makna. Apapun bentuknya, baik puisi, cerpen, atau novel, semuanya bagus jika ditulis menjadi sebuah karya.
Salam literasi!
Komentar
Posting Komentar