CENDERAHATI CIKGU
CENDERAHATI CIKGU
Saat itu Sabtu pagi, 12 Oktober 2019 di Purwokerto.
Mulutku terkunci, diam dengan tatapan penuh pesona akan kehadirannya. Seorang
pria bersarung dan beralas sandal jepit swallow memasuki ruangan dengan senyum
lebarnya.
“Oh my Allah!”
Jantungku
berdegup kencang dan manik mataku tak beralih pandang dari sosoknya. Sungguh
aku tak percaya, bisa bertemu langsung dengan penulis idola. Ialah Bang Tere
Liye, seorang penulis novel best seller yang begitu menginspirasi dan
memotivasi.
Jika dulu
fanspage-nya selalu menjadi makanan
sehari-hari dan sekarang berburu novelnya adalah candu. Ternyata belajar dan
berdiskusi langsung bersamanya begitu nyaman dan membuat ketagihan.
Ah, aku
tak akan berpanjang lebar mengutarakan keantusiasan dan kebahagiaan ini hanya
dalam kata-kata pembuka. Akan lebih indah jika kutulis saja beberapa kata
terucap dari beliau agar bisa berbagi bersama sobat tercinta.
Inilah intisar
dari seminar nasional kepenulisan tahun 2019 yang diselenggarakan oleh HIMADIKSI
UNSOED Purwokerto yang mengangkat tema “Kiat Menulis Kreatif Untuk Menciptakan
Karya Fenomenal” bersama Tere Liye dan Ahmad Tohari.
Apakah
jurus pamungkas dari dua guru besar sastra Indonesia kepada kita?
Kata Bang Tere itu:
-
Penulis tidak dilahirkan melalui kontes tetapi
melalui transformasi proses.
-
Menulis adalah pekerjaan yang konkret
- Bagaimana cara untuk menemukan insprasi dalam
menulis? Bereksperimenlah!
-
Penulis hari ini dilahirkan oleh penulis-penulis
sebelumnya
- Interaksi milenial zaman now bukanlah mengambil
quote dari media sosial tetapi melalui kisah kakek dan nenek kita.
Sedang penulis novel Roggeng Dukuh Paruk, Bapak Ahmad Tohari menuturkan bahwa:
- Menulis adalah proses autokritik
- Menulis adalah kemampuan memikirkan kata,
kosakata,kalimat, dan irama tulisan
- Saya PUAS,
jika telah melahirkan suatu gagasan yang mengusik-usik jiwa saya
- Penulis itu harus mencintai bahasa Indonesia,
menghidupkan bahasa ibu, dan menguasai bahasa asing
- Menulislah untuk menjangkau masyarakat untuk
memperbaiki tingkat literasi negeri
- Ayo, beranikan menulis dalam bentuk fiksi untuk mengkritisi kondisi masa kini!
Apakah
rumusan dari dua guru besar tersebut ketika kita bertanya?
Q n A for you, guys!
1. Bagaimana cara menjaga konsistensi menulis agar
tampak seperti sungai yang mengalir?
TL: - Kuncinya adalah
konsistensi.
- Bertanyalah; mana tulisan berikutnya?
- Jangan habiskan waktumu di depan gadget!
- Menulislah kapan pun dan di mana pun agar proses selesai
- Tidak ada yang bisa menyelesaikan naskah itu
kecuali kita sendiri
AT: - Kita harus memiliki gambaran yang
lengkap walaupun ada variasi
- Kuatkan tekad menulis agar naskah tidak mangkrak
- Jangan malas untuk menulis ulang
2. Bagaimana agar menulis tidak terkesan curhat
dengan pemakaian POV?
TL: - Menulislah sesuai kebutuhan
karena POV tergantung kebutuhan cerita
- Berlatihlah terus dalam mengembangkan diri dalam menulis
agar bisa menulis dalam berbagai bentuk POV
3. Bagaimana tips agar memiliki tulisan berirama?
AT: - Tulisan dengan kalimat yang baik adalah kalimat tidak memiliki pajang lebih dari dua belas kata.
- Menggunakan bahasa yang mudah dan hindari
pemakaian bahasa asing
- Jangan bosan untuk menulis ulang dan mencermati
tulisan untuk memperbaiki dan meningkatakan kualitas bahasa
- Jika menulis cerpen maka paling tidak menulis
ulang sebanyak lima kali sampaii benar-benar selesai
4.
Bagaimana cara memunculkan motivasi dalam menulis?
TL: - Motivator terbaik adalah
diri sendiri maka bertanyalah; mengapa ingin menulis dan menerbitkan buku?
- Cukupkan niat baik untuk menjadi penulis
- Ingatlah bahwa menulis adalah produk kreatif
jangka panjang
5.
Bagaimana rangkaian menulis cerita?
AT: - Sebuah kalimat harus dijaga
magnetnya agar tidak menyimpang
- Jangn lupa untuk mengkritik tulisanmu sendiri
6.Bagaimana cara memotivasi remaja agar mau
menerbitkan buku dan tidak hanya menulis di media sosial?
TL: Dorong saja karena media literasi
bukan hanya berbentuk buku.
7.
Bagaimana cara memasukkan unsur alam ke dalam
tulisan agar menyatu dengan imajinasi seperti dalam buku “Ronggeng Dukuh Paruk”?
AT: Ajakan. Pahami bahwa hidup di
dunia ada selingan tapi sering diabaikan.
8.
Bagaimana cara mengatasi konflik batin penulis
saat menulis?
TL: Menulis sesuatu itu minimal
apa yang sudah diniatkan misal untuk saling menasihati.
“Terlarang sekali kamu menulis
apa yang tidak kamu lakukan.”
9.
Bagaimana cara membuat tulisan berisi kritikan
dengan bahasa yang santun agar tidak berkesan mengkritik?
TL: Menulis tanpakritikan itu impossible. Jadi, nikmati saja.
10. Bagaimana
cara menciptakan karakter yang kuat pada tokoh?
AT: Membuat hal-hal kecil yang
diulang dengan cerdas akan memperkuat karakter tokoh.
Bisa membaca tulisan “Mereka Mengeja
Larangan Menulis”
di media e-kompas.
Kesimpulan:
Kak Nila Mega Marahayu selaku
moderator menyimpulkan bahwa:
Ø Menulis membutuhkan
proses dan harus bisa mengamati atau merasakan langsung.
Ø Penulis menjadi
pembaca pertama agar tulisannya menjadi karya final.
Ø Dalam menulis
maka niatkan agar naskah selesai dulu.
Dapat ilmunya juga silaturahminya :)
Komentar
Posting Komentar