Fabel Perdanaku
Fabel
Perdana
Berderak-derak
sangkutan dancing
Bagaikan
putus diimpit lumpang
Bergerak-gerak
kumis kucing
Melihat
tikus bawa senapan
Sumber: https://gurusatap.files.wordpress.com/2012/06/tikus.jpg
Ah,
membaca pantun jenaka ini mengingatkanku pada cerita pertama yang kutulis saat
masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat itu masih duduk di kelas empat SD,
wali kelas menunjukku untuk mengikuti Lomba Mengarang Tingkat SD di Kecamatan.
Bagaimana perasaanku?
Alhamdulillah, rasanya senang sekali bisa dipilih dan diberi amanah untuk
berkesempatan menjadi peserta lomba menulis. Padahal sebelumnya belum pernah
menulis cerita, kecuali menulis tugas-tugas mata pelajaran untuk merangkum
materi.
Bagaimana untuk
mendapatkan ide cerita? Ide itu tiba-tiba muncul saat aku membaca pantun di
atas yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia jaman dahulu. Akhirnya
aku menulis sebuah fabel antara Tikus dan Kucing, dimana inti ceritanya adalah
tentang kucing yang memburu kawanan tikus-tikus di dalam rumah.
Namun apakah yang terjadi? Tikus-tikus yang
terancam bernasib sama dengan tikus lain yang sudah menjadi korban santapan
Kucing berpikir keras bagaimana caranya mengalahkan Kucing. Setelah beberapa
hari berpikir, akhirnya Tikus mendapat ide untuk membawa senapan sebagai
senjata melawan Kucing. Bagaimana reaksi Kucing? Dia sangat terkejut melihat
hal itu dan lari terbirit-birit meninggalkan rumah. Kawanan Tikus berseru
girang berhasil mengalahkan Kucing. Kecil-kecil cabe rawit.
Kurang lebih seperti
itu garis besar fabel perdana yang kutulis. Seperti film kartun Tom and Jerry,
ya? Tapi dulu saat itu aku belum begitu mengenal film ini karena dirumah
kecilku yang ada hanya sebuah radio, belum ada televisi. Jadi bukan menjiplak
dari cerita kartun yang sudah popular itu, ya? yang lebih disayangkan lagi adalah aku tidak memiliki rekap berkas atas cerita ini, entahlah kalau di Dinas Pendidikannya.
Well, bagaimanakah dengan
hasil lomba? Setelah berjuang menulis berhari-hari dan tak jarang dihampiri
rasa jenuh dan ide mentok, akhirnya pengumuman hasil lomba kudengar. Alhamdulillah,
karyaku menjadi runner up. Rasanya senang dan bangga sekali. Juara pertama
adalah karya milik seseorang dari Sekolah Dasar tetangga yaitu milik Asmara
Dewi yang menceritakan sebuah keluarga. Dia adalah musuh utamaku dalam setiap
perlombaan saat SD, tapi di luar kompetisi kami menjadi sahabat dekat.
Kembali ke fabel perdanaku.
Setelah pengumuman juara, aku dan Dewi harus menjalani masa karantina untuk
bersiap-siap maju ke Tingkat Kabupaten selanjutnya. Kami dibimbing lagi
bagaimana cara menulis sebuah cerita. Saat itu kami belajar di Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan selama masa karantina. Walaupun aku hanya berstatus sebagai
peserta cadangan, namun rasa senang dalam hati membuatku bersyukur karena
mendapat kesempatan belajar lagi. Ilmu yang kudapatkan tidak akan pernah
sia-sia, meski yang maju ke Tingkat Kabupaten adalah Dewi, karena memang dia
juaranya.
So, sejak saat itu aku
menjadi gemar menulis walaupun masih semaunya saja. Yang jelas minat untuk
membaca menjadi meningkat, apa saja jenis bacaan itu. Karena dengan membaca
maka wawasan dan pengetahuan kita akan terus bertambah. Yang tak kalah penting adalah
banyak sekali ide yang muncul karena terinspirasi dari bacaan-bacaan tersebut.
At least,berikut adalah
kutipan dari salah satu penulis favoritku dalam sebuah novelnya yang berjudul
Rindu halaman 196-197.
“Jika
kau ingin menulis satu paragraph yang baik, kau harus membaca satu buku. Maka jika
dalam tulisan itu ada beratus-ratus paragraph, sebanyak itulah buku yang harus
kau baca.”
Terima
kasih, semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar