SETIAP PENULIS ADALAH PEMENANG
SETIAP
PENULIS ADALAH PEMENANG
Semua
jadi juara. Mana mungkin dalam sebuah perlombaan semua peserta bisa jadi
pemenang. Namun, begitulah hasil keputusan juri. Di dalam sertifikat menyatakan
setiap peserta mendapat sebutan istimewa. Lain dari yang lain. Tak ada kesamaan.
Paket
komplet. Antara Pantai Menganti sampai Karangsambung, sedikitnya terdapat lima
puluh tiga narasi perjalanan yang unik dan keren. Memiliki gaya cerita yang
khas dari masing-masing penulis. Mengangkat tema dan persoalan yang berbeda di
setiap rangkaian aksaranya. Semua terangkum menjadi cerita untuk Kebumen.
Esok
hari, 21 Agustus 2020, Kebumen genap berusia 391 tahun. Sayangnya, Kota Beriman
ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kebumen belum tampil
sebagai kota yang kaya. Salah satu alasan mendasar adalah lemahnya minat
literasi. Tahukah kamu? Semakin tinggi
tingkat literasi bangsa, maka akan semakin baik pula kesejahteraan bangsa
tersebut.
Akhirnya,
Umah Gombong bangkit. Komunitas literasi yang berlokasi di Desa Semondo,
Gombong ini merangkul warga Kebumen untuk berani mengekspresikan rasa cintanya terhadap
kota kelahiran. Gerakan literasi yang diusung berupa penyelenggaraan lomba
menulis narasi perjalanan bertema “Ceritaku tentang Kebumen”.
Aksi
menulis dimulai sejak awal hingga akhir Juli 2020. Dalam satu bulan
terkumpullah suara-suara kritis pemuda pemudi Kebumen yang memenuhi beranda media
sosial mulai dari facebook, instagram, dan twitter. Secara keseluruhan membahas
mengenai budaya dan pariwisata, serta isu sosial dan politik yang mewarnai
langit Kebumen.
Naskah-naskah
yang masuk mampu mengetuk empat hati milik dewan juri. Mereka di antaranya
Sigit Kurniawan (penulis dan editor), Frans Pascaries (penulis dan penerjemah),
Dodi Mawardi (penulis juga asesor penulis dan editor), dan Awigra (Pendiri
Serikat Jurnalis SEJUK). Semua tulisan menarik dan layak menjadi juara.
“Membaca
tulisan teman-teman membuat saya ingin mengunjungi Kebumen. Apalagi di wilayah
selatan yang terkenal dengan keindahan pantainya. Selain itu, ada beberapa
tulisan yang membekas di hati. Seperti yang menceritakan tentang sosok seorang
petani muda yang menolak menjadi ASN. Saya ingin mengenal dan bertemu dengan
orang-orang seperti dia yang mau berjuang membangun desanya,” tutur Dodi
Mawardi dalam aplikasi zoom meeting siang
ini, (Kamis, 20 Agustus 2020).
“Banyak
teman-teman yang menuliskan tentang apa yang dilihat di sekelilingnya. Ini bagus
sekali karena penting untuk menulis hal-hal yang dekat dengan keseharian. Saya pun
menulis apa yang dialami seperti saat saya berbulan madu atau momen ulang tahun
anak kami. Jadi, bukan sekadar curhat, tetapi ada hal yang bisa dibaca atau
dibagikan,” imbuh Frans di aplikasi yang sama.
Secara
keseluruhan, peserta lomba menulis Umah Gombong memang mengangkat
kejadian-kejadian yang ada di sekitar. Mulai dari sosok seorang pedagang yang
terkena dampak Covid-19, kecanggihan teknologi dari sudut pandang pendidikan,
kondisi pariwisata di Kebumen, dan persoalan lain seperti tingkat literasi
masyarakat.
Bahkan
ada yang menuliskan tentang kasus yang sudah menjadi isu nasional. Sebut saja Maria
Lalita yang menuliskan tentang Urut Sewu.
“Saya
menulis tentang persoalan Urut Sewu ini karena teringat akan memori masa kecil.
Bapak saya adalah salah seorang yang terlibat sebagai ‘korban’ dalam kasus ini.
Sedangkan peristiwa Urut Sewu masih saja berkembang sampai sekarang dengan pola
yang sama. Masyarakat kecil ditekan oleh aparat yang seharusnya menjadi
pelindung bagi kami,” ungkap Maria Lalita yang masih berstatus sebagai
mahasiswa fakultas hukum.
Selain
Maria, ada sosok Liza Puspaloka yang membahas kawasan karst Sikayu di Kecamatan
Buayan. Bagaimana krisis ekologi bisa terjadi karena kawasan karst yang ada
mulai terancam akibat pembangunan pabrik semen. Atau krisis lingkungan tentang
penambangan batu kapur yang diangkat oleh Umi Salamah yang ada di kecamatan Ayah,
Kebumen.
“Teman-teman
di sini berani menyampaikan aspirasi masyarakat umum di Kebumen. Mewakili suara
orang-orang yang tidak bahagia karena persoalan yang tumbuh di lingkungannya. Dari
cerita inilah, maka akan lebih banyak orang yang tahu tentang Kebumen,” terang
Thomas Airlangga, selaku founder Umah
Gombong.
Akhirnya
dengan berpedoman pada lima aspek penjurian, terpilihlah juara dalam dua
kategori. Dari aspek keaslian karya, gaya dan bahasa yang digunakan, jumlah
halaman, serta manfaat yang bisa diambil dari tulisan tersebut, terpilihlah
tulisan terbaik dari yang terbaik.
“Sebuah
karya itu harus memiliki satu gagasan yang kuat dan menyangkut banyak orang. Bukan
kepentingan personal saja. Bisa dikatakan, tulisan itu harus menginspirasi dan
memiliki nilai manfaat yang bisa diambil,” jelas Dodi Mawardi dalam menyampaikan
salah satu aspek nilai yang dipakai dalam penjurian.
Selamat
kepada teman-teman yang terpilih. Untuk kategori tulisan favorit terpilih pada
naskah yang berjudul Pariwisata Kebumen
Harus Bangkit (Dwi Nur Faizal), Omah
Jelah (Bayu Prakoso), dan Kebumen
Kota Impian (Euis Dinawati). Selamat kepada penulis yang berhasil
memperoleh apresiasi terbanyak urutan kesatu, kedua, dan ketiga dari
keseluruhan naskah yang diunggah.
“Bagaimana
trik favoritnya, agar bisa menang, Mas Dwi?” tanya salah seorang panitia lomba.
“Tentunya
dengan semangat untuk menyebarkan link
tulisan ke teman-teman. Jangan malu dan bagikan saja. Alhamdulillah, mereka
merespon untuk memberikan like,”
jawab Dwi semangat.
Selanjutnya
adalah kategori tulisan terbaik urutan kesatu, kedua, dan ketiga menurut dewan
juri. Secara berurut jatuh pada naskah yang berjudul Mengapa Tukang Pemecah Batu Tidak Lagi Mengangkat Tangannya? (Umi
Salamah), Urut Sewu Melawan (Maria
Lalita), dan Petani Milenial Tolak
Menjadi ASN (Merlin Nursmila).
“Pengumuman
pemenang ini bukanlah akhir dari gerakan literasi Umah Gombong, ya? Saya harap
teman-teman tetap semangat menulis. Selanjutnya nantikan pengumuman tiga puluh
naskah pilihan yang akan dibukukan. Tunggu informasi yang akan disampaikan
melalui pesan pribadi ke nama-nama yang terpilih. Selamat kepada teman-teman
karena semuanya adalah pemenang,” tutur Thomas Airlangga sebelum mengakhiri
kegiatan zoom meeting siang ini.
Sebagai
apresiasi dan motivasi, Umah Gombong akan memberikan sertifikat kepada semua
peserta dengan sebutan istimewa. Prestasi yang didapat semoga menjadikan
teman-teman tetap semangat menulis dan membagikan informasi bermanfaat kepada
pembaca.
Selamat
ulang tahun ke-391 Kota Kebumen Beriman! Semoga semakin jaya dan tumbuh menjadi
kota kebanggan masyarakat. Semoga tulisan-tulisan “Ceritaku tentang Kebumen”
yang akan dibukukan ini menjadi titik awal perubahan sosial. Menjadikan masyarakat
bangkit dalam memajukan Kebumen menjadi daerah yang lebih maju dan sejahtera.
#UmahGombong
#Kebumen391
Komentar
Posting Komentar