Kesepian Modern yang Tersirat
Pengalaman
pertama menulis artikel ialah saat penulis mencoba untuk mengikuti event
menulis artikel tema kesepian yang diadakan oleh Aria Pustaka, Bandung. Artikel
pertama penulis yang berjudul “Kesepian Modern Yang Tersirat” ini terpilih
menjadi salah satu kontributor. Alhamdulillah, senang rasanya bisa menjadi
kontributor yang karyanya akan dibukukan bersama 32 karya milik penulis lain.
Buku
kumpulan artikel tersebut diterbitkan oleh Aria Mandiri Group, Bandung, dengan
diberi judul “Saat Kesepian Datang Menyapa.” Berikut akan disajikan artikel
pertama milik penulis dengan nama pena Elinnurs Mila, yang berada pada halaman
35, di buku aslinya. Penulis akan mempersembahkannya khusus untuk Sobat
Pelangi. Happy reading, guys….
Kesepian Modern yang Tersirat
Karya: Elinnurs Mila
Kesepian modern.
Pernahkah Anda mengalaminya? Ataukah justru diri Anda sendiri yang tanpa sadar
telah menciptakannya? Kesepian modern dapat digambarkan sebagai suatu keadaan
dimana setiap orang berada dalam lingkungan sosial yang sama namun keadaan
emosional setiap orang tersebut berada pada suatu ruang yang tanpa batas. Anda
mungkin dapat membayangkan apa yang terjadi pada suasana seperti ini. Suasana
sepi tanpa adanya interaksi sosial yang terjadi antar perorangan secara verbal,
padahal mereka berada pada ruang dan waktu yang sama. Kesepian ini tercipta
seiring dengan kecanggihan teknologi di era modern saat ini salah satunya yaitu
smartphone.
Hampir setiap orang di
era modern ini telah memiliki smartphone dalam
genggaman, bahkan ada yang memilikinya lebih dari dua sekaligus. Telah kita
ketahui bersama bahwa banyak manfaat yang kita peroleh dengan kehadiran smartphone, mulai dari hanya sekedar
alat komunikasi, bergabung dalam jejaring sosial media, bisnis online, atau transaksi online lainnya
seperti booking, layanan perbankan ataupun sebatas kebutuhan delivery order.
Dengan smartphone seakan luasnya
dunia berada dalam satu genggaman tangan apa pun yang kita inginkan telah
tersaji di depan mata. Jika hanya sekedar pemenuhan nafsu semata, maka smartphone merupakan pilihan yang tepat
untuk pemuasaan diri.
Seiring berjalannya
waktu dan kebiasaan pemakaian smartphone
yang semakin mencandu, tanpa disadari kita telah menciptakan suatu indikasi
soasial berupa kesepian modern. Kesepian ini muncul dari dampak lingkungan
sosial yang secara perlahan diubah menjadi “penjara pribadi” yang memisahkan
bagian terluar dan bagian dalam bagi pengguna itu sendiri. Dibagian luarnya
tampak sekelompok orang yang berdekatan, berada dalam satu batasan ruang dan
waktu yang sebenarnya hanyalah kamuflase. Karena sejatinya mereka berada di
bagian dalam yang dihuni secara pribadi.
Secara nyata terdapat
beberapa kasus yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai implikasi
yang timbul akibat kesepian modern. Pada kasus pertama berada dalam lingkungan
terdekat kita yaitu keluarga. Dimana suatu ketika semua anggota keluarga sedang
berkumpul menikmati waktu kebersamaan yang begitu harmonis. Namun apa yang
terjadi apabila disaat kebersamaan seperti itu masing-masing anggota keluarga sibuk
bergelut bersama smartphone tercinta?
Ayah yang sibuk dengan bisnisnya tak pernah melepas HP dari tangannya, Ibu yang
gila shopping sedang berburu fashion terbaru atau sedang menunggu open pre
order terbaru. Sedangkan anak-anak yang masih dalam usia remaja sangat asyk
terhubung dengan berbagai jejaring sosial sambil mendengarkan lagu terbaru.
Lalu dimanakah waktu bersama keluarga yang seharusnya menjadi waktu
teristimewa, waktu yang menjadikan antar anggota keluarga semakin terikat
dengan rasa kekeluargaan yang kental? Kenyataannya hanya suasana sepi yang
terbawa oleh sikap masing-masing anggota keluarga. Bagaimana jika tengah-tengah
mereka ada pula sang Nenek yang sudah lanjut usia dan buta akan teknologi.
Dapatkah Anda bayangkan perasaan Nenek dalam suasana seperti itu?
Kasus kedua terjadi
pada dunia kerja, entah lingkungan perkantoran ataupun dunia perdagangan.
Banyak sekali karyawan yang disela-sela pekerjaannya berhenti sejenak untuk
mengintip kondisi smartphone-nya.
Bahkan pada waktu istirahat, lebih banyak karyawan yang bercengkrama dengan HP
daripada teman sekantor. Walaupun mereka berada pada tempat yang sama, namun
jiwa mereka berada pada dunia maya yang mereka kunjungi..
Kasus ketiga berada di
lingkungan outdoor baik di halte,
tempat makan, tempat wisata ataupun di pangkalan ojek. Saat Anda dan
teman-teman sedang makan bersama di sebuah tempat makan, maka banyak dari
kalian yang lebih memilih main HP daripada sharing
bersama teman. Meja yang kalian booking mungkin
bisa berisi lima anak atau lebih, namun suara yang terdengar hanyalah denting
sendok beradu dengan piring ataupun suara minuman yang berada dalam sedotan.
Bagi kalian mungkin suasana seperti itu sudah biasa, karena jiwa kalian telah
menyatu dengan smartphone.
Dalam ketiga kasus di
atas dapat kita simpulkan bahwa suasana seni yang ditimbulkan akibat penggunaan
smartphone yang berlebihan dapat
menghambat terjadinya interaksi sosial antar personal dalam suatu kelompok.
Maka sangat disayangkan apabila kita yang sejatinya adalah makhluk sosial akan
merubah diri menjadi makhluk sosial yang modern. Mendekatkan yang jauh namun
menjauhkan yang dekat.
Oleh karena itu,
marilah kita hidupkan kembali konsep sadar diri dimana kita harus menyadari
keberadaan sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan keberadaan orang lain
disekitar kita. Karena bagaimanapun juga dalam kondisi susah dan darurat orang
yang pertama kali ada adalah mereka yang didekat kita bukan teman dalam
jejaring sosial yang entah dimana. Jadi seimbangkanlah peran kita di dunia nyata
juga di dunia maya sebelum penyesalan itu datang.
Semoga
bermanfaat J
Komentar
Posting Komentar