Yang Penting Halal Untukku
Assalamu'alaikum wahai saudara saudariku yang senantiasa di rahmati Allah.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang masih memberikan kita nikmat hidup di dunia fana ini.
In this opportunity I would like to share about a man (read: husband).
Hehehe
Bunda,
Saat kita masih gadis dulu, siapakah yang bertanggungjawab atas segala keperluan kita? Siapakah yang menjadi pelindung dan pengayom dalam kehidupan kita?
Ya, tepat sekali bahwa mereka adalah Ayah dan Ibu kita.
Maka dari itu, Islam mengajarkan tentang Birrul Walidain, bersikap baik dan berbakti pada kedua orang tua. Lebih khususnya terhadap Ibunda tercinta.
Pasti kita masih ingat bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika seorang sahabat bertanya siapakah yang wajib kita hormati dan kita muliakan setelah Allah dan RasulNYA? Maka Nabi pun menjawab, Ibumu... Ibumu... Ibumu
Begitu jawaban Nabi ketika sahabat bertanya sampai tiga kali, dan barulah menjawab Bapakmu setelahnya.
Subhanallah....
Begitu mulianya sosok seorang Ibunda tercinta, bahkan Islam pun mengingatkan bahwa Surga ada di bawah telapak kaki ibu.
Mungkin Bunda juga sudah merasakan bagaimana perjuangan mulia menjadi seorang Ibu. Mulai dari mengandung, menyusui, merawat, mendidik dan menjaga buah hati tercinta.
Belum lagi kala Ibu harus merawat dan mengurus segala keperluan hidup rumah tangga, pun ketika melayani kebutuhan suami.
Well,
Pasti Bunda juga menjalani semua rutinitas itu sebagai ibadah, hanya mengharap ridho dan surga Allah.
Tapi Bunda, ketika menjadi istri maka ridho Allah adalah ridho suami.
Suami adalah imam bagi Bunda dan anak-anak, kapten kapal dalam biduk rumah tangga. So, Bunda akan ikut kemana kapal berlayar, bagaimana jalan yang akan dilalui nantinya. Suami akan mempertanggungjawabkan atas kepemimpinannya itu.
Untuk itulah Bunda, mari kita bantu suami dalam menjalankan amanah dalam menjaga keharmonisan keluarga. Keluarga yang harmonis dapat digambarkan sebagai keluarga yang bahagia, saling memberikan kasih sayang dan pengertian.
Kata bahagia itu sendiri pasti tak lepas dari unsur kesehatan. Baik kesehatan jasmani maupun rohani setiap anggota keluarga. Kunci utama dari kesehatan tersebut diaplikasikan dalam kehalalan segala sesuatu yang didapat dan yang dikeluarkan.
Well,
Agar lebih jelas ya Bunda...
Seorang suami berkewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarga. Berbagai jenis pekerjaan dan segala kemampuan suami telah diniatkan untuk keluarga.
Suami berangkat pagi pulang malam, atau bahkan sampai berbulan-bulan baru pulang, itu semua demi menafkahi keluarga.
Tapi Bunda. . .
Kita juga harus tahu apa pekerjaan suami dan dari mana hasil rizqi yang didapat.
Mengapa begitu Bunda?
Itu semua dikarenakan untuk menjamin kehalalannya. Ma'af ya Bunda, bukan berarti kita meragukan atau tidak percaya pada suami, melainkan kita sesekali perlu menanyakan rizqi yang suami dapatkan diluar dari honor jatah bulanannya.
Karena kehalalan uang yang didapat, Insya Allah untuk belanja kebutuhan hidup pun akan halal. Makanan dan minuman yang halal diwajibkan dalam Islam, karena akan menumbuhkan kebaikan, kesehatan dan kemakmuran. Sebaliknya bagi segala sesuatu yang haram maka akan banyak mudharatnya, merugi pula karena akan membuat siksa api neraka saja.
Lantas, seperti apakah pekerjaan yang halal agar halal pula hasilnya?
Rasulullah pernah bersabda bahwa tidaklah seorang hamba memakan makanan lebih baik dari hasil usaha tangannya sendiri, dan sungguh Nabi Daud makan dari usaha tangannya sendiri.
Well, yang penting suami bekerja dan berusaha mendapatkan rizqi Allah dengan cara yang halal dan tetap berada di jalan Allah. Suami bekerja dengan jujur, disiplin dan bertanggungjawab.
Suami tetap berperan mencari nafkah untuk keluarga, no excuse bahwa itu adalah tugas dan kewajiban suami.
And now, peran Bunda dalam membantu suami adalah dengan mendoakan setiap langkah suami. Semoga, suami diberi kelancaran dan kemudahan dalam setiap urusan pekerjaannya. Dibukakan pintu rizqi lebar-lebar oleh sang Maha Rahman, rizqi yang halal dan barokah.
Ingat Bunda, kesuksesan suami adalah cerminan dari seorang istri. Istri yang sholehah senantiasa mendoakan dan memberikan semangat pada suami.
Saat suami terpuruk, saat suami terkena PHK, saat suami dalam kebingungan mencari pekerjaan baru, atau saat suami keluar masuk dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dampingilah Bunda. Tetaplah berada disisinya, tetaplah dukung dan bangkitkan semangatnya. Dan, doakanlah.
Mungkin itu adalah jalan yang harus ditempuh suami, agar lebih jodoh dengan pekerjaannya. Pekerjaan yang halal dan berkah. Jadi, berapa pun rizqi yang dikasih suami, terimalah dengan senyum dan bersyukurlah. Yang penting halal bagi Bunda dan keluarga.
Adapun hadist,
Sembilan persepuluh (90%) rizqi adalah dari perniagaan.
Rasulullah menganjurkan bahwa rizqi yang paling halal adalah didapat dengan cara berdagang sebagaimana dulu Nabi dan sahabat.
Dalam jual beli, uang didapat dengan kesepakatan penjual dan pembeli. Jadi usaha perniagaan yang halal tanpa adanya riba' adalah sesuai dengan anjuran Nabi SAW.
NB. Bagi setiap Bunda yang bekerja, hasilnya adalah hak Bunda sendiri. Nafkah tetap kewajiban suami, jadi peran Bunda hanya sebatas membantu tugas suami bukan ambil alih. (Kecuali alasan tertentu yang mengharuskan).
Alhamdulillah.....
Fabi ayyia laa irrabbi kuna tukadziban.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
Tetaplah bersyukur atas apa yang telah diperoleh dan berdoalah untuk besok dan nanti.
Semoga bermanfaat 😇
Komentar
Posting Komentar