Mencintai dengan Tepat
Mencintai
dengan Tepat
Berpacaran,
siapa sih yang menolak? Begitu pun saya. Akan bahagia jika memiliki waktu hanya
berdua dengan pasangan. Mengobrol apapun, tanpa gangguan. Salah satunya di saat
pillow talk.
Berbincang
sesaat menjelang tidur merupakan momen yang indah. Saling mengungkapkan rasa
tentang apa yang dialami seharian. Atau membahas impian ke depan bersama.
Pagi tadi,
usai salat subuh berjamaah, kami melanjutkan pembahasan pillow talk semalam. Yaitu tentang lima bahasa kasih dikutip dari Gary Chapman. Topik yang baru dan
sangat menarik. Selama lima tahun pernikahan, kami baru membahasnya.
Untuk mengetahui
bahasa kasih pasangan, kami mulai mencari jawabannya dengan mengisi kuis yang
ada. Kami bergantian mengisi tiga puluh soal yang ada. Pertama, saya mengisi
lebih dulu dan hasilnya adalah acts of
service di peringkat atas dan selanjutnya quality time.
Kemungkinan
besar hasilnya benar karena saya lebih senang jika dilayani. Suami pun biasa
memberikan perhatian dengan hal tersebut seperti mengambilkan makan, minum,
atau buku bacaan. Di lain sisi, saya akan bahagia jika selalu bersama dengan
pasangan. Melakukan apa saja berdua.
Sedangkan
suami, hasil kuisnya adalah quality time
di urutan pertama disusul dengan physical
touch. Saya pun bertanya apakah benar? Ia pun mengiyakan.
Di pagi yang mendung gerimis ini, bahasan kami begitu serius diselingi candaan romantis. Hingga membuai angan untuk tidur kembali, jika tak ingat harus segera bersiap untuk beraktivitas.
Ternyata, setelah kami berpisah jarak karena perbedaan tempat kerja, bahasan bahasa kasih masih berlanjut via whatsapp. Suami mengulang kuis di platform berbahasa Inggris dan Indonesia untuk memastikan soal yang diberikan. Kedua halaman itu memberikan hasil yang sama yaitu physical touch.
Saya pun
penasaran untuk mencoba kembali. Ternyata, di dua platform yang sama dengan suami, hasil tes bahasa kasihnya adalah quality time di urutan atas dan menyusul
physical touch.
Kami sempat
bingung menentukan mana yang pasti karena semua bahasa kasih itu telah kami
lakukan sebelumnya. Saya senang jika suami melayani dan memberikan sentuhan
fisik. Bahagia berkali lipat jika kedua hal itu ditambah dengan waktu bersama.
Sedang suami,
ia senang jika saya selalu mendampinginya apalagi memberikan sentuhan fisik. Namun,
suami tampak biasa-biasa saja ketika saya belum membuatkannya kopi atau tidak
mengambilkan makan.
Akhirnya,
kami setuju untuk mempraktikan masing-masing jenis bahasa kasih. Bertahap hingga
ditemukan mana yang pas untuk diri masing-masing.
“Menikah
adalah ibadah sepanjang masa. Mengenal bahasa kasih pasangan ialah salah satu
cara menyemai benih-benih cinta agar makin subur.”
#harike-1
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
#banyumasraya
#merlinnursmila
Komentar
Posting Komentar