Biarkan Dia Memilih
Biarkan Dia Memilih
Komunikasi internal kami memang masih seputar pekerjaan. Ya, aku meminta suami untuk memulai usaha saja daripada menjadi karyawan.
"Mas, kenapa enggak mencoba untuk dagang lagi? Bukankah kata Allah, sebagian besar rezeki itu berdagang?"
Suami diam.
"Nanti berkeliling saja. Hari ini di pasar mana, besok mana, dan seterusnya. Menjemput bola," kataku melanjutkan.
Suami masih bergeming.
"Mas?"
"Iya, Mas mendengarkan."
"Mas malu, ya? Jika harus berdagang."
"Kurang sreg rasanya. Mungkin kalau menanam malah lebih suka."
"Oh, oke. Enggap apa-apa kalau Mas mau bercocok tanam. Mau jenis apa?"
"Sayuran sama buah, mungkin."
"Organik atau hidroponik? Kalau organik bisa belajar dari Mr. Green. Nanti aku bantu komunikasikan. Atau Mas ada pandangan lain?"
"Ya, minta tolong sampaikan ke Mr. Green dulu."
Aku melakukan apa yang suami minta. Qodarulloh, Mr. Green belum berkenan untuk saat ini sebab masih ada tanggungjawab prioritas lain yang utama.
Mau tak mau, aku menyampaikan kepada suami.
"Ya enggak apa-apa," jawab suami tersenyum.
"Mas hari ini mau ke mana?"
"Mau cari polybag."
"Oke."
Semoga kali ini niat suami lebih mantap lagi dan Allah memberinya kemudahan. Pilihannya menjadi jalan usaha yang bisa bermanfaat baik bagi keluarga atau lingkungan. Aamiin.
Di tantangan hari ke empat belas, temuan komunikasi produktifku ialah mengenai fokus pemilihan pekerjaan suami.
Tantangannya, aku belum bisa menegaskan dan meyakinkan suami agar lebih semangat dengan pilihannya.
Poin komunikasi hari ini ialah fokus pada bahasan dan tuntaskan, pandangan mata dan gesture, serta memberikan ruang pada suami untuk memilih.
Untuk bintang, aku cukup mendapat tiga karena belum puas dengan apa yang kusampaikan dan hasilnya.
"Hidup itu pilihan. Semua ada resiko yang harus dipertanggungjawabkan."
#harike-14
#tantangan15hari
#zona1komprod
#pantaibentangpetualang
#institutibuprofesional
#petualangbahagia
Komentar
Posting Komentar